polakomunikasi yang terjadi dalam pembelajaran yang disajikan oleh guru adalah sebuah pola komunikasi yang humanis karena komunikasi antara manusia dengan manusia yang lebih melibatkan suasana hati, rasa peduli, dan tenggang rasa yang tidak mungkin dialami anak didik ketika belajar dengan menggunakan alat-alat pembelajaran elektronik yang
Tantangan Guru dan Masalah Sosial Di Era Digital Abstract Peran guru dalam pembelajaran era digital ada tujuh yakni a guru sebagai sumber belajar; peran guru sebagai sumber belajar berkaitan dengan kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran. b guru sebagai fasilitator; peran guru sebagai fasilitator dalam memberikan pelayanan kepada siswa untuk dapat memudahkan siswa menerima materi pelajaran. c guru sebagai pengelola; dalam proses pembelajaran, guru berperan untuk memegang kendali penuh atas iklim dalam suasana pembelajaran; d guru sebagai demonstrator; berperan sebagai demonstrator maksudnya disini bukanlah turun ke jalan untuk berdemo. Guru itu sebagai sosok yang berperan untuk menunjukkan sikap-sikap yang akan menginspirasi siswa untuk melakukan hal yang sama, bahkan lebih baik; e guru sebagai pembimbing; perannya sebagai seorang pembimbing, guru diminta untuk dapat mengarahkan kepada siswa untuk menjadi seperti yang diinginkannya; f guru sebagai motivator; proses pembelajaran akan berhasil jika siswa memiliki motivasi didalam dirinya; g guru sebagai elevator; guru haruslah mengevaluasi semua hasil yang telah dilakukan selama proses guru di era digital; guru sampai sekarang masih banyak memakai produk 80-an, sementara muridnya sudah memakai produk kontemporer. Akibatnya, para murid berbeda secara radikal dengan para guru, karena banyak terjadi ketidaknyambungan di sana-sini. Kita tahu bahwa murid sekarang tidak lagi cocok dengan sistem pendidikan abad 20. Namun, praksis di lapangan para guru masih tidak memahami hal ini. Banyak guru kita yang lambat mengejar laju modernisasi pendidikan. Yang terjadi kemudian adalah murid sudah mampu menerima informasi secara cepat dari berbagai sumber multimedia, sementara banyak guru acapkali memberikan informasi dengan lambat dan dari sumber-sumber terbatas. Keywords Guru, Masalah Sosial, Era Digital DOI Refbacks There are currently no refbacks. Copyright c 2020 Abdul Latif Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa Internasional.
Perkembanganteknologi ini, menjadi tantangan bagi guru. Tantangan tersebut antara lain yang pertama, berpikir kritis. Yaitu mampu menerima berbagai data dan informasi yang begitu cepat, mampu membimbing siswa memecahkan masalah yang sedang dihadapi dan mengadirkan solusi dengan mendiskusikannya.
Jakarta ANTARA - Pandemi COVID-19 telah memaksa para guru untuk mengubah pola mengajar. Jika sebelumnya dilakukan secara konvensional atau tatap muka maka pandemi “memaksa” mereka memanfaatkan teknologi dalam menyampaikan pembelajaran melalui dunia sedikit para guru yang “gagap” dengan mendadaknya peralihan pola pembelajaran dari yang biasa dilakukan di sekolah menjadi di rumah. Menyadari hal itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan sejumlah upaya dalam membantu guru menghadapi transformasi digital. Langkah awal yang diluncurkan Kemendikbud, melalui laman Guru Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, Iwan Syahril, mengatakan laman itu menjadi ruang bagi guru untuk saling berbagi semangat positif dan strategi pembelajaran yang kreatif, sehingga mereka tetap dapat melakukan proses pembelajaran yang berkualitas dan menyenangkan, sembari membantu sesama yang masih beradaptasi dalam situasi sulit. Melalui laman tersebut, para guru berbagi praktik, baik pembelajaran selama masa pandemi, seperti rencana pelaksanaan pembelajaran RPP yang efektif. Program lainnya dalam membantu guru beradaptasi, yakni Program Guru Penggerak, Program Organisasi Penggerak, hingga Program Guru Belajar Seri Masa Pandemi COVID-19. “Melalui Guru Belajar tersebut, guru dilatih untuk melakukan pembelajaran secara daring sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan selama masa pandemi COVID-19,” katanya. Iwan mengakui situasi pandemi COVID-19 membuat pembelajaran menjadi tidak mudah. Transformasi pembelajaran digital sebenarnya sudah dicanangkan sejak lama. Namun, tidak terlaksana dengan baik. Pandemi COVID-19 mempunyai sisi positif, yakni mempercepat transformasi digital pada proses pembelajaran. Seluruh guru mau tak mau harus belajar dan mengakrabi teknologi. Para guru mesti memiliki mental pembelajar sepanjang hayat agar dapat adaptif dengan segala kondisi. Sebagai Dirjen GTK yang baru diangkat pada Mei 2020, Iwan mengatakan tantangan utama mengubah pola pikir guru yang sebelumnya pembelajaran berpusat pada guru menjadi pada siswa. "Semua kebijakan pendidikan, semua program pendidikan, harus diukur dari keberhasilannya dalam memberikan layanan yang semakin baik terhadap murid dan keberhasilannya dalam meningkatkan hasil belajar murid," pendidikan berpusat kepada murid, disebut dia, sudah dicanangkan Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Hajar Dewantara berpesan bahwa semua pemangku kepentingan dalam pendidikan haruslah bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, tidak untuk meminta sesuatu hak, namun untuk berhamba pada sang anak."Oleh karena itu kita tidak saja harus melakukan pembelajaran yang berpusat kepada anak, namun juga harus merencanakan, menghasilkan dan mengimplementasikan kebijakan dan program pendidikan yang berpusat kepada anak," kata dia. Tantangan kedua, adalah mengembangkan budaya inovasi di dalam lingkungan kerja Ditjen GTK dan di dalam ekosistem pendidikan. Tantangan zaman yang dihadapi saat ini membutuhkan keberanian untuk mengembangkan ide-ide baru untuk mereimajinasi cara bekerja di semua sektor. Bantuan bagi guru Selama pandemi, Kemendikbud melakukan relaksasi penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah BOS, yang mana dapat digunakan untuk membayar gaji guru honorer tanpa harus terikat dengan persentase. Kebijakan itu dilakukan untuk membantu para guru honorer yang kesulitan saat pandemi COVID-19. Kemendikbud juga memberikan Bantuan Subsidi Upah BSU kepada guru maupun tenaga kependidikan honorer yang memiliki gaji di bawah per bulan. Bantuan tersebut diberikan kepada pendidik dan tenaga kependidikan PTK non-PNS, baik guru maupun dosen, di sekolah negeri dan swasta. Kriterianya sangat sederhana, yakni warga negara Indonesia, berstatus bukan PNS, memiliki penghasilan di bawah dan tidak menerima bantuan subsidi upah gaji dari Kemenaker dan program-program lainnya. Selain itu, tidak menerima Kartu Prakerja sampai dengan 1 Oktober 2020. Bantuan subsidi upah tersebut diberikan satu kali, yakni Rp1,8 juta. Sasaran mereka yang mendapatkan BSU tersebut berstatus non-PNS, meliputi dosen, guru, guru yang bertugas sebagai kepala sekolah, pendidik PAUD, pendidik kesetaraan, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga administrasi. Total sasaran orang terdiri atas dosen perguruan tinggi negeri dan swasta, guru dan pendidik pada satuan pendidikan negeri dan swasta, serta tenaga perpustakaan, tenaga umum, dan tenaga administrasi. Berikutnya yang mulai diselesaikan Kemendikbud pada 2020 persoalan guru honorer. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mendikbud Nadiem Anwar Makarim mengatakan dengan teknologi sejumlah persoalan terkait dengan pendidikan dan kebudayaan dapat diselesaikan. “Mulai dari mekanisme dana BOS, yang dulu berbelit-belit kini langsung ke sekolah. Begitu juga dengan persoalan guru honorer kita selesaikan berkat bantuan teknologi,” terang dia. Kemendikbud membuka kesempatan bagi guru honorer untuk dapat mengikuti seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja PPPK pada 2021. Seleksi itu dibuka karena berdasarkan Data Pokok Pendidikan Dapodik Kemendikbud memperkirakan bahwa kebutuhan guru di sekolah negeri mencapai satu juta orang, di luar guru PNS yang saat ini mengajar. Pembukaan seleksi untuk menjadi guru PPPK upaya menyediakan kesempatan yang adil untuk guru honorer yang kompeten agar dapat mendapatkan penghasilan secara yang dapat mendaftar dan mengikuti seleksi tersebut adalah guru honorer di sekolah negeri dan swasta yang terdaftar di Dapodik dan lulusan Pendidikan Profesi Guru PPG yang saat ini tidak mengajar. Seleksi guru PPPK pada 2021 berbeda dengan tahun sebelumnya. Jika sebelumnya formasi guru PPPK terbatas maka pada 2021 semua guru honorer dan lulusan PPG bisa mendaftar dan mengikuti seleksi, serta bagi yang lulus seleksi akan menjadi guru PPPK hingga batas satu juta pusat juga mengundang pemerintah daerah untuk mengajukan formasi lebih banyak sesuai dengan kebutuhan. Perbedaan selanjutnya, jika sebelumnya setiap pendaftar diberikan kesempatan mengikuti ujian seleksi satu kali maka pada 2021 diberikan kesempatan hingga tiga kali. Selain itu, jika sebelumnya tidak ada materi persiapan untuk pendaftar maka pada 2021 Kemendikbud menyiapkan materi pembelajaran secara daring untuk membantu pendaftar mempersiapkan diri sebelum ujian. Jika sebelumnya pemerintah daerah harus menyiapkan anggaran gaji peserta yang lulus seleksi guru PPPK maka pada tahun ini pemerintah pusat memastikan tersedianya anggaran bagi gaji semua peserta yang lulus seleksi guru itu, jika sebelumnya biaya penyelenggaraan ujian ditanggung pemerintah daerah maka pada 2021 ditanggung Kemendikbud. Dengan sejumlah langkah yang diambil Kemendikbud tersebut, sejumlah persoalan guru perlahan dapat depan, diharapkan tidak hanya persoalan status guru yang dapat diatasi tetapi juga kompetensi guru karena menyangkut masa depan siswa Indonesia.
Apalagisebagian besar guru - guru tidak lahir di era digital. Kami para guru yang lahir sebelum digital marak disebut digital immigrant [2]. Yaitu mereka yang lahir diatas tahun 80 - an sehingga tidak menguasai teknologi atau baru mengenal teknologi setelah dewasa. Sehingga para guru sering gagap teknologi karena sangat canggung dengan teknologi.
Entering the current digital era, the development of students is very different from the past. The digital era has brought various positive and negative impacts together. Many cases occur in children who do acts of bullying, become individualists, and are less able to socialize in the community. If not fortified, this condition will be very dangerous for their development in the future. As a professional teacher organization in Indonesia, PGRI is required to play a role in aligning the changing times with character values. Various regulations and intervention programs are implemented for children growing up together with technology and using it for positive things. This article is a study of a systematic review of scientific publications in the last 10 years related to the policy and implementation of the digitalization program by the PGRI organization. The results of the research have provided an overview of the roles and challenges of the PGRI organization in shaping the nation's character in the current of digital era To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the has not been able to resolve any citations for this ZulfaJaja JahariA. Heris HermawanMewabahnya Covid-19 sebagai pandemi telah membawa dampak signifikan sekaligus membuka peluang dan tantangan bagi pengelolaan lembaga pendidikan Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran mengenai peluang dan tantangan pengelolaan lembaga pendidikan Islam pada masa pandemi. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif dengan metode yang digunakan adalah library research dan jenis data yang dipakai adalah data kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan. Proses analisis data dilakukan dengan menggunakan teknin deskriptif-analitis. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa peluang pengelolaan lembaga pendidikan pada masa Covid-19 dapat diidentifikasi dari terbukanya peluang untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui usaha membangun fungsi-fungsi manajemen pengelolaan lembaga pendidikan Islam berbasis digital dengan sistem dalam jaringan daring sangat didukung oleh situasi pandemi yang sedang terjadi. Karena itu tantangan yang dihadapi dalam hal pengelolaan berbasis digital dengan dukungan internet melalui sistem dalam jaringan adalah kesiapan lembaga dalam aspek dukungan sarana dan prasarana serta kesiapan SDM yang ahli di bidang ini menjadi hal penting yang harus dipenuhi untuk meningkatkan persaingan dan kompetisi antar lembaga pendidikan Islam pada masa pandemi untuk meningkatkan sistem pengelolaan lembaga agar menghasilkan kualitas mutu dan memiliki daya saing yang children’s use of digital devices is increasing as we progress through the 21st century and handheld and mobile devices, such as smartphones and tablets, have become increasingly available. While older children using tablets to read has been more broadly investigated, less is known about the impacts of digital reading on children at the stage of literacy acquisition. An analytical review was conducted on the effects of interactive e-book interventions for young children’s literacy development when compared to a listening to print books, b regular school programs, and c reading non-enhanced and non-interactive e-books. A significant additional beneficial effect of e-book interventions was found for phonological awareness and vocabulary learning based on data from 1138 children in 14 randomized controlled trial RCT studies. When e-books are properly selected and used, children develop literacy skills equally well and sometimes better than with print books. Additionally, e-book interventions outperformed the regular school program in the development of literacy skills. Similarly, enhanced e-book conditions revealed benefits over the non-enhanced e-book interventions in literacy skill acquisition. The impact of these findings related to health issues, e-book design, disadvantaged populations, and adult-led e-book sharing is discussed. Triyanto TriyantoTujuan artikel ini adalah untuk membahas tentang peluang dan tantangan pendidikan karakter di era digital. Ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan naturalistik. Data dikumpulkan dengan cara survei, wawancara, observasi dan studi pustaka. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan enam tahapan dari Creswell. Pendidikan karakter di era digital memiliki berbagai tantangan dan peluang. Riset membuktikan bahwa era digital memberi peluang positif pada implementasi pendidikan karakter. Tantangan kita adalah bagaimana mengajari siswa untuk menavigasi etika di era digital. Beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam pendidikan karakter di era digital mencakup keseimbangan, keselamatan dan keamanan, perundungan siber, sexting, hak cipta dan plagiarism. Para pembuat kebijakan pendidikan perlu berperan aktif dalam pengembangan berkelanjutan pembelajaran karakter secara digital untuk memastikan penerapan pembelajaran digital yang efektif. ABSTRACT The purpose of this article is to discuss the opportunities and challenges of character education in the digital age. This is a qualitative research with naturalistic approach. Data were collected by surveys, interviews, observation and literature review. The data were analyzed by six stages from Creswell. Character education in the digital age has various challenges and opportunities. Research proves that the digital age provides positive opportunities for the implementation of character education. The challenge is how to teach students to navigate ethics in the digital age. Some of the challenges are balance, safety and security, cyber bullying, sexting, copyright and plagiarism. Education policy makers need to participate in the continuous development of digital character learning to implement effective digital learning. Hiller SpiresThis thematic issue of Media and Communication features a range of critical perspectives on digital literacies with the aim of shedding light on a path forward with respect to theory, research and practice. The issue hosts fourteen articles divided into four themes that address digital literacies in varying ways. The four themes are a defining digital literacies, b socio-cultural theories of digital literacies, c digital literacies in practice, and d digital skills and efficacy. The articles make a strong case for the continued exploration of the significance and redefinition of digital literacies within our global communicative landscape. The authors have inspired new dialogue, research directions, innovative practices, and policy on digital literacies. As digital technologies continue to evolve so too will intellectual frameworks—generating nuance and scope for and by researchers as well as children and adolescents are growing up exposed to both traditional and modern technology. While it is known that the increase in the use of traditional technology, such as television and its content, have negative effects on children’s development and health, studies have shown such modern technologies as smartphones, tablets, and computers that have been developed and become increasingly widespread over the past decade to be beneficial and to constitute health risks for children. It seems that children’s inappropriate use of such technological devices in terms of content, duration, frequency, and the posture they adopt while using them pose a variety of health risks, including developmental problems, musculoskeletal problems, physical inactivity, obesity, and inadequate sleep quality. This study reviews the literature on the clinical problems that digital technology use has on children. In order for children and adolescents to adopt a healthy life style, it is important to monitor the time, frequency, and content viewed while using technological devices and to ensure that children have or develop adequate physical activity opportunities, healthy eating habits, proper sleep cycles, and nurturing social environment. Deborah NicholsJessica Taylor PiotrowskiEducational media serve as informal educators within the home by supplementing young children's development. Substantial evidence documents the contributions of educational television to preschoolers' acquisition of a variety of skills; however, television's natural capacity as storyteller and the role it plays in preschoolers' early literacy development has been largely overlooked. This study examined the effects of viewing different TV program types on 311 at-risk preschoolers' story knowledge and narrative skills. Children were assigned to one of 4 viewing conditions watching up to 40 episodes of a particular program type no viewing; expository; embedded narrative; or traditional narrative. Story knowledge scores were higher for those viewing either narrative type. In contrast, viewing specific narrative types differentially affected the component skills of narrative competence. Story retelling and identification of explicit story events were higher after repeat viewing of embedded narratives while generating implicit story content was higher after repeat viewing of traditional aims of this study were 1 to examine the prevalence of symptoms of problematic cellular phone use CPU; 2 to examine the associations between the symptoms of problematic CPU, functional impairment caused by CPU and the characteristics of CPU; 3 to establish the optimal cut-off point of the number of symptoms for functional impairment caused by CPU; and 4 to examine the association between problematic CPU and depression in adolescents. A total of 10,191 adolescent students in Southern Taiwan were recruited into this study. Participants' self-reported symptoms of problematic CPU and functional impairments caused by CPU were collected. The associations of symptoms of problematic CPU with functional impairments and with the characteristics of CPU were examined. The cut-off point of the number of symptoms for functional impairment was also determined. The association between problematic CPU and depression was examined by logistic regression analysis. The results indicated that the symptoms of problematic CPU were prevalent in adolescents. The adolescents who had any one of the symptoms of problematic CPU were more likely to report at least one dimension of functional impairment caused by CPU, called more on cellular phones, sent more text messages, or spent more time and higher fees on CPU. Having four or more symptoms of problematic CPU had the highest potential to differentiate between the adolescents with and without functional impairment caused by CPU. Adolescents who had significant depression were more likely to have four or more symptoms of problematic CPU. The results of this study may provide a basis for detecting symptoms of problematic CPU in Persatuan Guru Republik Indonesia PGRI Dalam Peningkatan Mutu Guru Di IndonesiaW BenjaminBenjamin, W. 2019. Kiprah Persatuan Guru Republik Indonesia PGRI Dalam Peningkatan Mutu Guru Di Indonesia. [UIN Syarif Hidayatullah Jakarta].Jumlah Guru Layak Mengajar di Indonesia Naik 9Cindy MutiaCindy Mutia Annur. 2021. Jumlah Guru Layak Mengajar di Indonesia Naik 9,60% pada Tahun Ajaran 2020/2021. Databoks. Profesi Keguruan Pada Era Revolusi Industri 4Fatkhul MubinFatkhul Mubin. 2020. Tantangan Profesi Keguruan Pada Era Revolusi Industri İnternet Ve Video Oyunlari Arasinda ÇocuklarY IscibasiIscibasi, Y. 2011. Bilgisayar, İnternet Ve Video Oyunlari Arasinda Çocuklar. Selçuk İletişim, 71, Dan Harapan Pembelajaran Jarak Jauh Di Masa Pandemi Covid 19A KahfiKahfi, A. 2020. Tantangan Dan Harapan Pembelajaran Jarak Jauh Di Masa Pandemi Covid 19. Dirasah, 032, Kominfo dan UNICEF Mengenai Perilaku Anak dan Remaja Dalam Menggunakan InternetKementrian KominfoKementrian Kominfo. 2014. Riset Kominfo dan UNICEF Mengenai Perilaku Anak dan Remaja Dalam Menggunakan Internet. Siaran Pers to Teach Using ICT in the Secondary School A Companion to School Experience A companion to school experience. Learing to Teach Using ICT in the Secondary School A Companion to School ExperienceM LeaskN PachlerLeask, M., & Pachler, N. 2013. Learing to Teach Using ICT in the Secondary School A Companion to School Experience A companion to school experience. Learing to Teach Using ICT in the Secondary School A Companion to School Experience, January 2014, 1-260. Jarak Jauh Era Covid-19Siagian MulyanaN BasidA SaimrohR SovitrianaN HabibahJ SaepudinM A MaimunahMuaripinC N OktavianMulyana, Siagian, N., Basid, A., Saimroh, Sovitriana, R., Habibah, N., Saepudin, J., Maimunah, M. A., Muaripin, & Oktavian, C. N. 2020. Pembelajaran Jarak Jauh Era Covid-19. In Litbangdiklat Press. Hukum Bagi Anak Akibat Konten Kekerasan Yang Terdapat Dalam Situs YoutubeNabillaNabilla. 2016. Perlindungan Hukum Bagi Anak Akibat Konten Kekerasan Yang Terdapat Dalam Situs Youtube. LEX JOURNAL Kajian Hukum & Keadilan, 41, Bahan Ajar Digital Dan Aplikasinya Dalam Model Siklus Pembelajaran 5E Learning Cycle 5E Terhadap Aktifitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII DI SMP Negeri 10 Probolinggo Tahun PelajaranI RatiyaniW SubchanS HariyadiRatiyani, I., Subchan, W., & Hariyadi, S. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Digital Dan Aplikasinya Dalam Model Siklus Pembelajaran 5E Learning Cycle 5E Terhadap Aktifitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII DI SMP Negeri 10 Probolinggo Tahun Pelajaran 2012/2013. Pancaran, 31, dan Strategi Guru di Era Revolusi Industri dalam Meningkatkan Kualitas PendidikanD RetnaningsihRetnaningsih, D. 2019. Tantangan dan Strategi Guru di Era Revolusi Industri dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan. Prosiding Seminar Nasional Kebijakan Dan Pengembangan Pendidikan Di Era Revolusi Industri September, Phone Survey Standardization and Examination of Relation with Personality CharacteristicsO M SeviSevi, O. M. 2014. Mobile Phone Survey Standardization and Examination of Relation with Personality Characteristics. Bağımlılık Dergisi, 90212, Guru-Guru Penggerak Dalam Pengembangan Bahan Ajar Digital Interaktif Untuk Mengoptimalkan Proses BelajarB H SiregarA MansyurSiregar, B. H., & Mansyur, A. 2021. Pendampingan Guru-Guru Penggerak Dalam Pengembangan Bahan Ajar Digital Interaktif Untuk Mengoptimalkan Proses Belajar. Seminar Nasional Pengapdian Kepada Masyarakat, September, up in a digital world benefits and risks. The Lancet Child and Adolescent HealthThe Lancet Child & Adolescent Health. 2018. Growing up in a digital world benefits and risks. The Lancet Child and Adolescent Health, 22, 90. disintegrasi bangsa melalui pemanfaatan media sosialYanuardi LonggoYanuardi Longgo. 2017. Ancaman disintegrasi bangsa melalui pemanfaatan media sosial. Jurnal Transformasi Sosial, 11, Kebijakan Organisasi PGRI dalam Mengembangkan Profesionalisme Guru Di Kecamatan Wagir Kabupaten MalangL YuniastutikYuniastutik, L. 2015. Implementasi Kebijakan Organisasi PGRI dalam Mengembangkan Profesionalisme Guru Di Kecamatan Wagir Kabupaten Malang. Jurnal Pendidikan, 11, 30.
Tantanganutama guru pada masa kini tidak lebih pada mengatasi dampak teknologi dan globalisasi yang sangat pesat. Dampak dari perkembangan teknologi tidak hanya berimbas pada ilmu pengetahuan saja, namun lebih jauh teknologi juga memengaruhi sosial budaya seseorang. Menjadi guru yang ideal di era digital seperti sekarang tentu tidak mudah
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Menghadapi Tantangan Pendidikan di Era Digital Merangkul Inovasi untuk Masa Depan yang Lebih BaikPendidikan merupakan fondasi penting dalam membangun masyarakat yang berkembang dan berdaya saing. Namun, di era digital yang terus berkembang pesat ini, kita dihadapkan pada berbagai tantangan yang mempengaruhi sistem pendidikan kita. Dalam menghadapi realitas ini, kita perlu merangkul inovasi dan memperkuat pendekatan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan. Salah satu tantangan utama pendidikan saat ini adalah kesenjangan digital. Meskipun teknologi telah menghadirkan peluang baru dalam pembelajaran, masih ada akses terbatas terhadap perangkat dan konektivitas internet, terutama di daerah pedesaan atau daerah terpencil. Untuk mengatasi ini, diperlukan kerjasama antara pemerintah, sekolah, dan sektor swasta dalam memastikan akses teknologi yang merata bagi semua siswa. Program pemerintah yang berfokus pada penyediaan infrastruktur teknologi yang terjangkau dan pelatihan bagi guru tentang penggunaan teknologi dapat menjadi langkah awal yang signifikan. Selain itu, perlu ada perubahan paradigma dalam kurikulum pendidikan. Dunia telah berubah secara dramatis, dengan munculnya teknologi baru, perkembangan ekonomi, dan tantangan global yang semakin kompleks. Kurikulum yang hanya didasarkan pada pengetahuan akademik tradisional tidak lagi memadai. Perlu ada penekanan yang lebih besar pada keterampilan abad ke-21, seperti pemecahan masalah, kreativitas, komunikasi, kolaborasi, dan pemikiran kritis. Guru juga perlu didukung dengan program pengembangan profesional yang mempersiapkan mereka untuk mengajar dan memfasilitasi pembelajaran yang itu, sistem evaluasi dan pengukuran dalam pendidikan juga perlu direformasi. Saat ini, pendidikan sering kali diukur hanya berdasarkan hasil tes standar, yang dapat menciptakan tekanan yang tidak sehat pada siswa dan mengabaikan berbagai aspek penting lainnya, seperti kecerdasan emosional, keterampilan sosial, dan kreativitas. Diperlukan pendekatan yang lebih holistik dalam mengevaluasi kemajuan siswa, yang mencakup penilaian formatif yang berkelanjutan dan penghargaan terhadap berbagai jenis tantangan ini, pendidikan juga harus mempersiapkan siswa untuk menghadapi perubahan yang cepat di dunia kerja. Keahlian yang diperlukan untuk sukses di tempat kerja saat ini dan di masa depan terus berkembang. Oleh karena itu, pendidikan harus mendorong siswa untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat, dengan fokus pada keterampilan yang dapat diadaptasi dan mempromosikan keinginan untuk terus menghadapi tantangan pendidikan di era digital ini, kita perlu merangkul inovasi dan berani melakukan perubahan yang diperlukan. Pendekatan yang kolaboratif antara pemerintah, sekolah, guru, dan sektor swasta akan memainkan peran penting dalam menghadapi tantangan ini. Pendidikan harus menjadi prioritas utama kita, dan kita harus berinvestasi dalam masa depan anak-anak kita dengan menyediakan pendidikan yang berkualitas, relevan, dan inklusif. Dengan cara ini, kita akan mempersiapkan generasi mendatang untuk menghadapi dunia yang kompleks dan memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat global. Lihat Pendidikan Selengkapnya
W2V7. skh7gv0hiu.pages.dev/664skh7gv0hiu.pages.dev/531skh7gv0hiu.pages.dev/342skh7gv0hiu.pages.dev/497skh7gv0hiu.pages.dev/826skh7gv0hiu.pages.dev/562skh7gv0hiu.pages.dev/551skh7gv0hiu.pages.dev/608
tantangan guru di era digital