Semogatulisan dari penulis tentang Tantangan dan solusi bagi Guru pembelajar di era digital dapat dipahami, dan bisa diprektikan dalam rangka mengantarkan peserta didik agar mampu menghadapi era 4.0 yang tentu juga tidak melupan akhlak (etika) yang baik kepada gurunya, intinya peserta didik mampu menguasai IPTEK juga IMTAQ. Peran guru dalam pembelajaran tentunya sangatlah besar. Bisa dibilang guru adalah seorang yang menyuarakan pendidikan kepada masyarakat. Guru mesti memiliki inisiatif yang tinggi dalam mengarahkan dan menilai pendidikan. Bukan hanya itu, guru juga bertanggung jawab agar pendidikan bisa berlangsung dengan lancar dan baik. Namun seiring dengan berkembangnya zaman, guru juga harus menyadari tantangan-tantangan yang ada khususnya di era yang sudah serba digital seperti saat ini. Ya, memang bisa dibilang tantangan akan selalu ada mengikuti zaman dan seorang guru harus bisa menemukan solusinya agar tantangan yang ada bisa berdampak positif bagi perkembangan pendidikan di Indonesia. Di era yang serba digital ini, tantangan guru pun ada berbagai macam. Mereka harus menyesuaikan cara mengajar dengan kebutuhan generasi muda dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Namun jangan khawatir, tantangan datang selalu dengan solusi. Asalkan mau belajar dan mengembangkan diri terus menerus, setiap guru pasti bisa melampaui tantangan yang ada di era digital dan dapat mendidik murid dengan baik. Baca Juga Panduan Pendidikan Profesi Guru Update, Menjawab Era Agar dapat memberikan pembelajaran yang maksimal kepada para peserta didik. Berikut inilah tantangan guru di era digital yang harus dihadapi dan bagaimana strategi menghadapinya. 1. Mengajarkan konsep abstrak dengan cara sederhana Di era pendidikan peran guru dalam pembelajaran bukan lagi dituntut mengajar agar para siswa bisa menyelesaikan masalah dalam soal-soal ujian saja. Akan tetapi, seorang guru harus memastikan bahwa semua siswa harus bisa memahami konsep dasarnya. Bahkan para guru dituntut untuk bisa mengajarkan bagaimana mengkonstruksi sebuah makna atau konsep, sehingga siswa bukan hanya mengerti untuk jangka pendek tapi juga untuk jangka panjang. Untuk membuat agar siswa bisa mengerti konsep dasar, salah satu cara yang bisa dilakukan oleh guru adalah dengan mengaitkan konsep yang abstrak dengan contoh kegiatan sehari-hari yang dekat dengan siswa. Dengan penjelasan sederhana tersebut, siswa akan lebih mudah untuk menangkap dan mengingat materi dan konsep pelajaran yang disampaikan. Menuangkan konsep yang rumit ke dalam penjelasan yang sederhana memang bukanlah cara yang mudah. Oleh karena itu, guru perlu melakukan persiapan lebih sebelum mengajar dan terus berlatih. 2. Mengajar agar siswa bisa melakukan pembelajaran aktif Bukan hanya mengerti sebuah konsep, para guru juga mesti melewati tantangan bagaimana cara mengajar agar siswa bisa menerapkan materi dengan aktif. Jadi, siswa bukan hanya sekadar mengerti tapi juga bisa menerapkan ilmunya yang bisa bermanfaat bagi lingkungan. Misalnya saja jika membahas tentang isu global warming, tujuan yang harus dicapai oleh guru bukan hanya membuat siswa mengerti tapi bagaimana siswa tersebut bisa berpartisipasi dalam merawat lingkungan dan mengurang hal-hal yang dapat memicu global warming. Lantas bagaimana caranya agar para siswa bisa tergerak untuk aktif menerapkan konsep yang mereka pelajari ke dalam kehidupan sehari-hari? Mengajak siswa agar aktif menerapkan ilmunya bukanlah hal yang mudah. Namun, guru bisa memulai mengajak siswa untuk berperan aktif dengan memberi tahu apa manfaat yang bisa didapatkan ketika menerapkan ilmu-ilmu tersebut, baik itu manfaat untuk diri sendiri atau pun untuk orang lain. Ketika mereka memahami manfaatnya, maka mereka akan termotivasi sendiri untuk mempraktekkan hal-hal positif dari apa yang mereka pelajari. Baca Juga Pentingnya Sertifikasi Pendidikan untuk Mendukung Kesejahteraan Guru! 3. Bukan sekadar pintar tapi juga kreatif Tidak sedikit orang yang menganggap peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai seseorang yang pintar dan contoh bagi muridnya. Memang, pintar adalah salah satu karakter guru yang sangat penting, tapi ada lagi yang lebih penting di era digital ini, yakni kreativitas. Mengapa? Soalnya hanya pintar saja tidak cukup karena seseorang yang pandai belum tentu pandai berbagi ilmunya dengan orang lain. Karakter murid berbeda-beda, gaya belajar yang mereka sukai pun berbeda-beda. Karena itu, sangat penting bagi seorang guru untuk melatih kreativitasnya agar informasi dan materi pelajaran yang ingin disampaikan bisa diserap baik oleh tiap-tiap murid. Untuk mencapai hal ini, tentunya dibutuhkan kreativitas atau soft skills. Cara untuk melatih kreativitas adalah dengan memperluas wawasan dan referensi mengajar. Dengan demikian, para guru bisa mencoba hal-hal baru dan menemukan inovasi cara mengajar yang bisa membantu proses pembelajaran dan mendukung murid untuk menangkap materi-materi yang diberikan dengan lebih efisien. 4. Dituntut untuk kaya akan budaya dan bahasa Di era yang serba digital, demi mempertahankan peran guru dalam pembelajaran, diperlukan penguasaan bahasa. Sebab para guru akan mengajar di dalam masyarakat yang memiliki keragaman budaya dengan bahasa yang berbeda pula. Bahasa yang bisa dimengerti kebanyakan masyarakat secara global adalah Bahasa Inggris. Jadi paling tidak, para guru harus bisa menguasai dan mempraktekkan Bahasa Inggris yang mendasar. Selain untuk mengajar, penguasaan bahasa asing diperlukan juga untuk mengembangkan potensi guru secara pribadi. Sebab banyak pelatihan dan materi terkait dengan pengajaran yang disampaikan dalam Bahasa Inggris. Solusi untuk tantangan ini sebenarnya mudah saja, yakni dengan mempelajari tata bahasa asing dan terus berlatih secara aktif, tapi memang pada praktiknya mempelajari bahasa asing tidak semudah teorinya. Diperlukan kegigihan dan banyak latihan. Namun yang paling penting adalah keinginan untuk belajar dan percaya diri untuk menggunakan bahasa asing di dalam proses pembelajaran. Jika kamu adalah seorang guru dan ingin mengembangkan diri dengan menghadapi tantangan-tantangan di era digital ini, Pintek siap untuk mendukung. Baca Juga Pinjaman Online Terpercaya untuk Lembaga Pendidikan dan Cara Pengajuannya! Sebagai perusahaan fintech terdaftar dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan OJK menawarkan solusi kepada lembaga pendidikan untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Hal tersebut tentu akan membuat guru lebih tenang jika dihadapkan dengan tantangan-tantangan baru di dunia pendidikan. Dengan mengajukan pendanaan Pinjaman Modal Kerja, lembaga pendidikan berkesempatan mendapatkan pembiayaan hingga miliaran rupiah dengan tenor pengembalian maksimal 24 bulan. Untuk mengetahui informasi lebih lanjut, Anda dapat langsung mengunjungi situs resmi Pintek atau melakukan diskusi dengan tim Pintek melalui DiskusiPintek maupun menghubungi Pintek di nomor telepon 021-50884607. Kamu juga bisa mendapatkan informasi menarik seputar Pintek dengan mengunjungi laman Instagram Pintek di dan Inisemua akan menjadi tantangan terbesar bagi para guru. Canggihnya teknologi akan menyebabkan komunikasi antarpeserta didik dapat terjalin dengan rahasia. Ketika obrolan dunia maya antaranak didik tanpa ada campur orang tua dan guru, maka sangat riskan mereka akan bertindak sesuai dengan nafsu jiwa muda. Daring Adalah Transformasi dan Tantangan di Era Digital Dalam era digital yang semakin maju ini, pembelajaran daring telah menjadi istilah yang sering kita dengar. Daring adalah singkatan dari “dalam jaringan” atau “online,” dan telah mengubah cara kita belajar dan berinteraksi di dunia pendidikan. Perkembangan teknologi internet telah memungkinkan kita untuk mengakses informasi dan sumber daya pembelajaran secara mudah dan masih ingat ketika saya pertama kali mengenal pembelajaran daring. Rasanya seperti memasuki dunia baru yang menakjubkan, di mana saya dapat belajar kapan saja dan di mana saja tanpa harus terikat oleh waktu dan memberikan kebebasan dan fleksibilitas dalam proses pembelajaran, memungkinkan kita untuk mengaturnya sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan kita tidak hanya kebebasan dan fleksibilitas yang membuat pembelajaran daring menarik. Di era di mana teknologi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, pembelajaran daring juga menjadi landasan untuk mengembangkan keterampilan teknologi yang dapat belajar tentang penggunaan teknologi terbaru, berinteraksi dengan berbagai platform dan aplikasi pembelajaran, serta mengembangkan kemampuan digital yang di balik kemajuan dan manfaatnya, kita juga dihadapkan pada sejumlah tantangan. Ketidaksetaraan akses internet, kurangnya infrastruktur yang memadai, dan kesenjangan digital menjadi hambatan dalam memastikan bahwa setiap individu dapat merasakan manfaat dari pembelajaran itu, motivasi dan keterlibatan siswa juga menjadi fokus perhatian, karena terkadang sulit untuk mempertahankan rasa disiplin dan fokus dalam pembelajaran yang dilakukan secara artikel ini, kita akan menjelajahi lebih dalam tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan “daring adalah” dan bagaimana transformasi ini mempengaruhi dunia akan melihat manfaat dari pembelajaran daring, sejarah perkembangannya, serta tantangan yang harus dihadapi dan strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi tantangan kesempatan ini, mari kita membuka pikiran dan mempersiapkan diri untuk memahami perubahan dan tantangan yang terkait dengan pembelajaran artikel ini dapat memberikan wawasan yang berguna dan menginspirasi langkah-langkah menuju masa depan pendidikan yang lebih inklusif dan itu Daring?Sejarah Perkembangan Daring1. Munculnya Teknologi Internet2. Perkembangan Sistem Pembelajaran Daring3. Inovasi dan Perubahan Terkait DaringManfaat Pembelajaran Daring1. Aksesibilitas dan Fleksibilitas2. Interaktif dan Partisipatif3. Peningkatan Efisiensi Pembelajaran4. Peningkatan Keterampilan Teknologi5. Kolaborasi antara Guru dan SiswaTransformasi dalam Pembelajaran Daring1. Perubahan Paradigma Pembelajaran2. Penggunaan Teknologi yang Disruptif3. Pembelajaran Kolaboratif dan Global4. Personalisasi Pembelajaran5. Pemantauan dan Evaluasi yang Lebih EfektifTantangan dalam Pembelajaran Daring1. Keterbatasan Akses dan Infrastruktur2. Kurangnya Interaksi Sosial dan Kolaborasi3. Kemandirian dan Disiplin Diri4. Tantangan Teknis dan Teknologi5. Kesenjangan Belajar dan Kesetaraan AksesStrategi Mengatasi Tantangan dalam Pembelajaran Daring1. Meningkatkan Akses dan Infrastruktur2. Meningkatkan Interaksi Sosial dan Kolaborasi3. Membangun Kemandirian dan Disiplin Diri4. Mengatasi Tantangan Teknis dan Teknologi5. Mewujudkan Kesetaraan Akses dan Kesempatan Belajar6. Melibatkan Peran Orang Tua dan WaliKesimpulanApa itu Daring?Dalam dunia pendidikan yang terus berkembang, pembelajaran daring telah menjadi bagian integral dari kehidupan kita. Namun, sebelum kita menjelajahi lebih dalam tentang bagaimana “daring adalah” dan dampaknya dalam transformasi pendidikan, penting bagi kita untuk memahami definisi dan konsep dasar dari pembelajaran adalah singkatan dari “dalam jaringan” atau “online.” Secara sederhana, pembelajaran daring mengacu pada proses belajar yang dilakukan melalui platform digital, di mana siswa dan guru dapat terhubung melalui berbagai alat dan teknologi, seperti komputer, tablet, atau smartphone, siswa dapat mengakses materi pembelajaran, berinteraksi dengan rekan sekelas, dan berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran secara dasar dalam pembelajaran daring adalah fleksibilitas dan aksesibilitas. Daring memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar kapan saja, di mana saja, dan dengan kecepatan yang mereka tentukan lagi terikat oleh ruang kelas fisik dan jadwal yang ketat, siswa dapat mengatur waktu dan tempat pembelajaran sesuai dengan preferensi dan kenyamanan itu, pembelajaran daring juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi secara aktif dan partisipatif. Melalui platform pembelajaran daring, siswa dapat berkolaborasi dengan rekan sekelas, berdiskusi, dan berbagi pendapat mereka tentang topik mengubah dinamika pembelajaran tradisional menjadi proses yang lebih inklusif, di mana setiap suara dan pemikiran satu aspek penting dari pembelajaran daring adalah penggunaan teknologi. Dalam era digital ini, teknologi menjadi elemen yang tak terpisahkan dari kehidupan daring memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan teknologi yang penting untuk masa depan mereka. Mereka belajar untuk menggunakan berbagai alat digital, memahami penggunaan platform pembelajaran, dan meningkatkan kemampuan teknologi yang kritis dan diperlukan dalam dunia kerja yang semakin artikel ini, kita akan terus menjelajahi berbagai aspek dan implikasi dari “daring adalah.” Dengan memahami definisi dan konsep dasarnya, kita akan dapat melihat lebih jelas bagaimana pembelajaran daring telah mengubah paradigma pendidikan kita dan menghadapi tantangan yang ada. Bersiaplah untuk merasakan perubahan yang terjadi dan melangkah ke masa depan pendidikan yang penuh Perkembangan Daring1. Munculnya Teknologi Interneta. Awal Pengembangan InternetPada tahun 1960-an, Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengembangkan proyek ARPA Advanced Research Projects Agency yang menjadi cikal bakal internet. Tujuan utama proyek ini adalah untuk menciptakan jaringan komputer yang bisa saling terhubung dan berbagi Kemajuan Jaringan KomputerPada tahun 1980-an, jaringan komputer semakin berkembang pesat dengan munculnya teknologi TCP/IP Transmission Control Protocol/Internet Protocol. Teknologi ini memungkinkan komputer-komputer yang berbeda untuk berkomunikasi satu sama lain di dalam jaringan yang lebih Perkembangan Sistem Pembelajaran Daringa. Penggunaan Awal Sistem Pembelajaran DaringPada tahun 1990-an, sistem pembelajaran daring mulai muncul dengan pendekatan yang sederhana. Penggunaan email dan forum diskusi menjadi metode yang umum digunakan untuk berkomunikasi dan berbagi informasi antara guru dan Perkembangan LMS Learning Management SystemPada tahun 2000-an, pengembangan Learning Management System LMS seperti Moodle dan Blackboard menjadi tren dalam pembelajaran daring. LMS ini menyediakan platform terintegrasi untuk mengelola konten pembelajaran, tugas, dan interaksi antara siswa dan Perluasan Pembelajaran Daring ke Platform Berbasis WebDengan semakin berkembangnya teknologi web, banyak platform pembelajaran daring yang berbasis web mulai muncul. Contohnya adalah Khan Academy dan Coursera yang menyediakan kursus-kursus online dalam berbagai Inovasi dan Perubahan Terkait Daringa. Penggunaan Video dan WebinarSeiring dengan perkembangan teknologi video, penggunaan video dalam pembelajaran daring menjadi populer. Guru dapat merekam materi pelajaran atau mengadakan webinar secara langsung, memungkinkan siswa untuk mengaksesnya kapan Pembelajaran Berbasis GameInovasi dalam bentuk pembelajaran berbasis game juga telah meramaikan dunia pembelajaran daring. Game edukatif memberikan pengalaman belajar yang interaktif dan menarik bagi siswa, serta mendorong keterlibatan dan motivasi mereka dalam proses Pengembangan Pembelajaran AdaptifPembelajaran daring juga semakin mengintegrasikan teknologi kecerdasan buatan Artificial Intelligence/AI untuk mengembangkan sistem pembelajaran ini dapat menyesuaikan konten dan metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing perkembangan yang pesat, pembelajaran daring telah mengalami transformasi yang luar biasa. Dari teknologi internet hingga inovasi yang terus berkembang, pembelajaran daring telah mempengaruhi cara kita belajar dan Pembelajaran DaringPembelajaran daring telah menghadirkan berbagai manfaat yang signifikan dalam dunia pendidikan. Dalam artikel ini, saya akan menjelaskan beberapa manfaat utama yang dapat kita rasakan dalam proses pembelajaran Aksesibilitas dan FleksibilitasDari sisi Aksesibilitas dan Fleksibilitas salah satu manfaat dari Daring Adalah sebagai berikuta. Belajar Kapan Saja, Di Mana SajaSalah satu manfaat utama dari pembelajaran daring adalah fleksibilitas waktu dan tempat. Siswa tidak terikat pada jadwal kelas yang kaku dan dapat mengakses materi pembelajaran kapan saja sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan mereka. Ini memberikan kebebasan bagi siswa yang memiliki jadwal yang padat atau keterbatasan fisik untuk tetap mengikuti proses Akses ke Materi dan Sumber Daya yang LuasMelalui pembelajaran daring, siswa dapat mengakses materi pembelajaran dan sumber daya yang luas dengan mudah. Informasi yang diperlukan dapat ditemukan dengan cepat melalui internet, dan siswa dapat menggali lebih dalam tentang topik yang diminati melalui berbagai sumber seperti e-book, jurnal online, atau video Interaktif dan PartisipatifDari sisi Interaktif dan Partisipatif salah satu manfaat dari Daring Adalah sebagai berikuta. Kolaborasi dan Diskusi Antar SiswaPembelajaran daring memungkinkan siswa untuk berinteraksi dan berkolaborasi dengan rekan sekelas secara online. Melalui fitur-fitur seperti forum diskusi atau proyek kolaboratif, siswa dapat saling bertukar pemikiran, berbagi ide, dan membangun pengetahuan bersama. Hal ini mendorong keterlibatan aktif dan pemberian suara kepada setiap Peningkatan Keterlibatan dan MotivasiDalam pembelajaran daring, guru dapat menggunakan berbagai strategi yang menarik dan inovatif untuk membangkitkan minat dan motivasi video pembelajaran, game edukatif, atau simulasi interaktif dapat membantu siswa terlibat secara lebih aktif dalam proses pembelajaran. Ini memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar lebih Peningkatan Efisiensi PembelajaranDari sisi Peningkatan Efisiensi Pembelajaran salah satu manfaat dari Daring Adalah sebagai berikuta. Individualisasi PembelajaranPembelajaran daring memungkinkan guru untuk memberikan pendekatan yang lebih individual kepada siswa. Dengan menggunakan platform pembelajaran yang memiliki fitur penyesuaian dan penilaian otomatis, guru dapat mengidentifikasi kebutuhan dan tingkat pemahaman masing-masing siswa secara lebih memungkinkan penyampaian materi yang disesuaikan dengan kemampuan dan kecepatan belajar setiap Umpan Balik dan Evaluasi yang CepatDalam pembelajaran daring, umpan balik dan evaluasi dapat diberikan dengan cepat. Siswa dapat menerima umpan balik langsung atas tugas atau pekerjaan mereka melalui platform ini memungkinkan mereka untuk memperbaiki pemahaman dan kinerja mereka secara lebih efisien, serta mempercepat proses Peningkatan Keterampilan TeknologiDari sisi Peningkatan Keterampilan Teknologi salah satu manfaat dari Daring Adalah sebagai berikuta. Penggunaan Teknologi yang RelevanPembelajaran daring memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan teknologi yang kritis dan relevan untuk masa menjadi terbiasa dengan penggunaan perangkat lunak pembelajaran, aplikasi, dan platform online yang dapat digunakan di berbagai bidang kehidupan mereka. Ini akan memberi mereka keunggulan kompetitif di dunia kerja yang semakin terhubung secara Pengembangan Literasi DigitalDalam pembelajaran daring, siswa juga belajar tentang literasi digital, yaitu kemampuan untuk mencari, mengevaluasi, menggunakan, dan berbagi informasi secara efektif melalui teknologi belajar untuk memahami hak dan tanggung jawab dalam penggunaan teknologi serta keamanan cyber, menjadikan mereka pengguna yang cerdas dan bertanggung jawab dalam era digital Kolaborasi antara Guru dan SiswaDari sisi Kolaborasi antara Guru dan Siswa salah satu manfaat dari Daring Adalah sebagai berikuta. Dukungan Pembelajaran IndividualDalam pembelajaran daring, guru dapat memberikan dukungan individual kepada siswa melalui pesan pribadi, email, atau sesi konseling ini memungkinkan guru untuk memberikan bimbingan dan perhatian khusus kepada siswa yang membutuhkannya, memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan Penyampaian Materi yang Lebih VariatifDengan berbagai alat dan platform pembelajaran daring yang tersedia, guru dapat menyajikan materi pembelajaran dengan cara yang lebih variatif dan dapat menggunakan video, animasi, gambar, atau multimedia lainnya untuk menjelaskan konsep-konsep yang kompleks secara lebih visual dan interaktif. Hal ini membantu siswa untuk lebih memahami dan mengingat materi dengan lebih daring telah membawa banyak manfaat bagi dunia pendidikan. Dari fleksibilitas waktu dan tempat hingga peningkatan interaksi dan partisipasi, serta perkembangan keterampilan teknologi yang relevan, pembelajaran daring telah mengubah cara kita belajar dan era digital ini, kita dapat memanfaatkan potensi pembelajaran daring untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih inklusif, inovatif, dan adaptif bagi setiap dalam Pembelajaran DaringPembelajaran daring telah mengubah lanskap pendidikan secara signifikan. Di bawah ini, saya akan menjelaskan transformasi yang terjadi dalam pembelajaran daring dengan lebih Perubahan Paradigma PembelajaranDari sisi Perubahan Paradigma Pembelajaran salah satu Transformasi dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Dari Pendekatan Pusat Guru ke Pusat SiswaDalam pembelajaran daring, peran guru berubah dari menjadi pusat pembelajaran menjadi fasilitator dan pemandu. Siswa memiliki akses langsung ke sumber daya pembelajaran dan memiliki kontrol lebih besar atas proses belajar mereka memberikan bimbingan, dorongan, dan dukungan, tetapi siswa memiliki kebebasan untuk mengeksplorasi dan membangun pengetahuan mereka Dari Pembelajaran Pasif ke Pembelajaran AktifDalam pembelajaran daring, siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar. Mereka tidak hanya menerima informasi, tetapi juga berpartisipasi dalam diskusi, kolaborasi, dan proyek menjadi lebih interaktif dan menyenangkan, membantu siswa untuk membangun pemahaman yang lebih mendalam dan keterampilan yang lebih Penggunaan Teknologi yang DisruptifDari sisi Penggunaan Teknologi yang Disruptif salah satu Transformasi dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Keterlibatan Teknologi InteraktifTeknologi interaktif seperti video, animasi, simulasi, dan permainan edukatif telah mengubah cara siswa belajar. Teknologi ini memberikan pengalaman pembelajaran yang menyenangkan dan menarik, memperkuat daya tarik siswa terhadap materi pembelajaran, serta meningkatkan pemahaman dan retensi Pembelajaran Berbasis DataDalam pembelajaran daring, data yang dihasilkan dari aktivitas siswa dapat digunakan untuk menginformasikan pengajaran yang lebih tersebut dapat memberikan wawasan tentang kemajuan siswa, kesulitan yang dihadapi, atau preferensi belajar mereka. Guru dapat menggunakan data ini untuk menyesuaikan pembelajaran dan memberikan umpan balik yang sesuai kepada Pembelajaran Kolaboratif dan GlobalDari sisi Pembelajaran Kolaboratif dan Global salah satu Transformasi dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikut1. Kolaborasi Antar SiswaPembelajaran daring memungkinkan siswa untuk bekerja sama dalam tim secara virtual. Mereka dapat berkolaborasi, berbagi ide, dan memecahkan masalah bersama melalui platform pembelajaran mengembangkan keterampilan kerja sama, komunikasi, dan kepemimpinan mereka, yang penting dalam dunia yang semakin Akses ke Pengetahuan GlobalDalam pembelajaran daring, siswa dapat terhubung dengan siswa dan guru dari berbagai negara di seluruh dunia. Mereka dapat berbagi pengalaman, belajar tentang budaya, dan memperluas wawasan mereka melalui kolaborasi lintas membuka peluang baru untuk belajar dari perspektif yang berbeda dan mempersiapkan siswa untuk beroperasi dalam masyarakat yang semakin daring telah mengalami transformasi yang luar biasa dalam pendekatan, teknologi, dan kolaborasi. Perubahan ini telah membuka pintu untuk pengalaman pembelajaran yang lebih inklusif, inovatif, dan relevan dengan tuntutan dalam pembelajaran daring telah membawa dampak yang signifikan dalam menciptakan lingkungan belajar yang lebih dinamis dan mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan di era Personalisasi PembelajaranDari sisi Personalisasi Pembelajaran salah satu Transformasi dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Penyesuaian Kurikulum dan MateriDalam pembelajaran daring, guru memiliki fleksibilitas untuk menyesuaikan kurikulum dan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan minat individu analisis data dan pemantauan kemajuan siswa, guru dapat memberikan pengalaman belajar yang disesuaikan untuk memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan pembelajaran yang Penggunaan Algoritma dan Kecerdasan BuatanDengan adanya teknologi kecerdasan buatan, pembelajaran daring dapat menyediakan rekomendasi pembelajaran yang disesuaikan dengan preferensi dan tingkat pemahaman dapat menganalisis data dan memberikan rekomendasi tentang materi pembelajaran, latihan, atau sumber daya tambahan yang sesuai dengan kebutuhan Pemantauan dan Evaluasi yang Lebih EfektifDari sisi Pemantauan dan Evaluasi yang Lebih Efektif salah satu Transformasi dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Pengumpulan Data dan Analisis Kemajuan SiswaDalam pembelajaran daring, data dapat dikumpulkan secara otomatis mengenai kemajuan siswa, keterlibatan, dan kinerja mereka. Guru dapat menggunakan data ini untuk memantau perkembangan siswa secara real-time, mengidentifikasi area yang memerlukan perhatian khusus, dan memberikan intervensi yang tepat untuk mendukung kemajuan Penilaian Formatif dan Sumatif yang Lebih KomprehensifPembelajaran daring memungkinkan guru untuk menggunakan berbagai alat penilaian formatif dan sumatif yang beragam. Dengan adanya penilaian yang beragam, guru dapat mengukur pemahaman siswa dengan lebih komprehensif dan memperoleh wawasan yang lebih mendalam tentang kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan daring telah melalui transformasi yang signifikan dalam pendekatan, teknologi, kolaborasi, dan personalisasi. Transformasi ini membuka pintu bagi pengalaman belajar yang lebih inklusif, interaktif, dan relevan dengan kebutuhan siswa di era memanfaatkan potensi pembelajaran daring, kita dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung perkembangan penuh potensi setiap individu dan mempersiapkan mereka untuk masa depan yang semakin digital dan dalam Pembelajaran DaringMeskipun pembelajaran daring menawarkan banyak manfaat, namun juga menghadapi beberapa tantangan yang perlu diatasi. Berikut ini adalah beberapa tantangan utama dalam pembelajaran daring1. Keterbatasan Akses dan InfrastrukturDari sisi Keterbatasan Akses dan Infrastruktur salah satu Tantangan dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Akses Internet yang TerbatasSalah satu tantangan utama dalam pembelajaran daring adalah keterbatasan akses internet, terutama di daerah pedesaan atau daerah terpencil. Siswa yang tidak memiliki akses internet yang stabil atau terjangkau mungkin kesulitan untuk mengikuti pembelajaran daring dengan Ketersediaan Perangkat yang TerbatasSelain akses internet, ketersediaan perangkat seperti laptop, tablet, atau smartphone juga menjadi tantangan. Banyak siswa yang tidak memiliki akses ke perangkat yang diperlukan untuk mengakses pembelajaran daring. Hal ini dapat menghambat partisipasi dan kesetaraan akses terhadap Kurangnya Interaksi Sosial dan KolaborasiDari sisi Kurangnya Interaksi Sosial dan Kolaborasi salah satu Tantangan dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Kurangnya Interaksi Tatap MukaPembelajaran daring seringkali mengurangi interaksi sosial dan pengalaman belajar tatap muka. Siswa mungkin merasa kurang terhubung secara emosional dengan guru dan rekan sekelas, yang dapat mempengaruhi motivasi dan kepuasan mereka dalam Tantangan dalam Kolaborasi TimKolaborasi dalam pembelajaran daring dapat menjadi lebih sulit karena keterbatasan komunikasi dan interaksi langsung. Siswa mungkin menghadapi kesulitan dalam berkoordinasi, berbagi ide, dan memecahkan masalah secara efektif dalam tim Kemandirian dan Disiplin DiriDari sisi Kemandirian dan Disiplin Diri salah satu Tantangan dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Kurangnya Pengawasan LangsungDalam pembelajaran daring, siswa perlu memiliki kemandirian yang lebih tinggi untuk mengatur waktu, mengatur diri, dan memotivasi diri pengawasan langsung dari guru di kelas, beberapa siswa mungkin kesulitan menjaga disiplin diri dan tetap fokus pada Kesulitan dalam Mengatur Waktu dan PrioritasPembelajaran daring membutuhkan siswa untuk mengatur waktu mereka dengan bijak dan mengelola tugas-tugas pembelajaran secara siswa mungkin mengalami kesulitan dalam mengatur waktu dan memprioritaskan tugas-tugas pembelajaran, terutama ketika ada banyak gangguan di sekitar Tantangan Teknis dan TeknologiDari sisi Tantangan Teknis dan Teknologi salah satu Tantangan dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Kerentanan Jaringan dan Keamanan DataDalam pembelajaran daring, ada risiko keamanan data dan kerentanan jaringan. Pelanggaran keamanan dapat mengakibatkan pencurian data pribadi atau kebocoran informasi sensitif. Selain itu, gangguan jaringan atau masalah teknis lainnya dapat mengganggu kelancaran Keterbatasan Kemampuan TeknologiTidak semua guru atau siswa memiliki kemampuan teknologi yang sama. Beberapa mungkin mengalami kesulitan dalam menggunakan platform pembelajaran daring atau memanfaatkan alat-alat teknologi dengan pembelajaran teknologi dapat menjadi tantangan, terutama bagi mereka yang kurang berpengalaman atau memiliki akses terbatas ke pelatihan Kesenjangan Belajar dan Kesetaraan AksesDari sisi Kesenjangan Belajar dan Kesetaraan Akses salah satu Tantangan dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Kesenjangan DigitalPembelajaran daring dapat memperburuk kesenjangan digital antara siswa yang memiliki akses teknologi dan koneksi internet yang memadai dengan siswa yang ini dapat mengakibatkan kesenjangan dalam kesempatan belajar dan prestasi akademik antara siswa-siswa Tantangan bagi Siswa dengan Kebutuhan KhususSiswa dengan kebutuhan khusus mungkin menghadapi tantangan tambahan dalam pembelajaran daring. Mereka memerlukan pendekatan pembelajaran yang lebih individual dan dukungan yang sesuai, yang dapat sulit dilakukan melalui pembelajaran tantangan-tantangan ini dalam pembelajaran daring memerlukan upaya kolaboratif dari para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, guru, dan orang perlu dilakukan untuk memastikan akses yang merata terhadap teknologi dan internet, memberikan pelatihan yang memadai kepada guru dan siswa, serta menciptakan lingkungan pembelajaran daring yang inklusif dan mengatasi tantangan ini, pembelajaran daring dapat menjadi sarana yang efektif dan inklusif dalam memajukan pendidikan di era Mengatasi Tantangan dalam Pembelajaran Daring1. Meningkatkan Akses dan InfrastrukturDari sisi Meningkatkan Akses dan Infrastruktur salah satu Strategi Mengatasi Tantangan dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Memperluas Akses InternetPemerintah dan lembaga pendidikan perlu bekerja sama untuk memperluas akses internet di daerah terpencil atau pedesaan. Inisiatif seperti penyediaan hotspot publik atau program subsidi akses internet dapat membantu meningkatkan ketersediaan internet bagi Memprioritaskan Sumber Daya untuk PerangkatDalam menghadapi keterbatasan perangkat, lembaga pendidikan harus memprioritaskan alokasi sumber daya untuk memastikan setiap siswa memiliki akses ke perangkat yang diperlukan. Ini dapat melibatkan program pinjaman perangkat atau pendanaan untuk perangkat bagi siswa yang Meningkatkan Interaksi Sosial dan KolaborasiDari sisi Meningkatkan Interaksi Sosial dan Kolaborasi salah satu Strategi Mengatasi Tantangan dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Mengintegrasikan Sesi Interaktif dalam Pembelajaran DaringGuru dapat mengatur sesi interaktif secara terjadwal, seperti diskusi kelompok atau presentasi siswa secara online. Ini membantu meningkatkan interaksi sosial dan kolaborasi antara siswa, meskipun melalui platform Mendorong Kolaborasi dan Diskusi di Luar KelasSelain interaksi dalam kelas, guru dapat mendorong siswa untuk berkolaborasi dan berdiskusi di luar lingkungan virtual. Ini dapat dilakukan melalui platform komunikasi online, forum diskusi, atau grup Membangun Kemandirian dan Disiplin DiriDari sisi Membangun Kemandirian dan Disiplin Diri salah satu Strategi Mengatasi Tantangan dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Memberikan Panduan dan Dukungan yang JelasGuru perlu memberikan panduan yang jelas kepada siswa mengenai harapan, jadwal pembelajaran, dan cara mengatur waktu secara efektif. Dukungan dan pemantauan yang konsisten juga penting untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemandirian dan disiplin Membagikan Tips dan Strategi Manajemen WaktuGuru dapat membagikan tips dan strategi manajemen waktu kepada siswa, seperti membuat jadwal, menetapkan prioritas, dan mengurangi gangguan. Ini membantu siswa mengembangkan keterampilan manajemen waktu yang penting dalam pembelajaran Mengatasi Tantangan Teknis dan TeknologiDari sisi Mengatasi Tantangan Teknis dan Teknologi salah satu Strategi Mengatasi Tantangan dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Mengadakan Pelatihan TeknologiGuru perlu mendapatkan pelatihan teknologi yang memadai untuk menguasai platform pembelajaran daring dan alat-alat yang digunakan. Pelatihan ini juga dapat diperluas kepada siswa untuk membantu mereka dalam mengatasi tantangan Menyediakan Dukungan TeknisLembaga pendidikan dapat menyediakan tim dukungan teknis yang siap membantu guru dan siswa dalam mengatasi masalah teknis yang mungkin timbul. Ini dapat berupa akses ke layanan bantuan online, tutorial video, atau forum Mewujudkan Kesetaraan Akses dan Kesempatan BelajarDari sisi Mewujudkan Kesetaraan Akses dan Kesempatan Belajar salah satu Strategi Mengatasi Tantangan dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Program Bantuan dan SubsidiPemerintah dan lembaga pendidikan dapat menginisiasi program bantuan dan subsidi untuk siswa yang kesulitan mengakses teknologi atau internet. Ini dapat meliputi program pemberian perangkat, subsidi biaya internet, atau program akses teknologi yang merata bagi semua Pengembangan Materi Pembelajaran yang InklusifPenting untuk mengembangkan materi pembelajaran yang dapat diakses oleh semua siswa, termasuk mereka dengan kebutuhan khusus. Hal ini mencakup penggunaan format yang dapat diakses, terjemahan, atau alat bantu pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan Melibatkan Peran Orang Tua dan WaliDari sisi Melibatkan Peran Orang Tua dan Wali salah satu Strategi Mengatasi Tantangan dalam Pembelajaran dari Daring Adalah sebagai berikuta. Meningkatkan Komunikasi dengan Orang TuaGuru perlu menjalin komunikasi yang erat dengan orang tua atau wali siswa untuk memastikan mereka terlibat dalam proses pembelajaran termasuk memberikan informasi mengenai kegiatan pembelajaran, memberikan dukungan teknis kepada orang tua, dan mendengarkan masukan Memberikan Panduan bagi Orang TuaGuru dapat memberikan panduan dan sumber daya kepada orang tua agar dapat mendukung pembelajaran daring siswa di rumah. Ini mencakup tips mengatur lingkungan belajar yang kondusif, membantu anak mengatur waktu, dan memberikan dukungan menerapkan strategi-strategi ini, tantangan dalam pembelajaran daring dapat diatasi dan manfaatnya dapat dioptimalkan. Penting untuk mengadopsi pendekatan kolaboratif antara pemerintah, lembaga pendidikan, guru, siswa, dan orang tua dalam menghadapi tantangan menghadapi transformasi dan tantangan di era digital, pembelajaran daring dapat menjadi sarana yang efektif dan inklusif dalam mempersiapkan generasi mendatang untuk menghadapi dunia yang semakin daring telah mengalami transformasi signifikan di era digital, membawa manfaat besar bagi pendidikan. Dengan kemampuan untuk mengakses materi pembelajaran secara fleksibel, berinteraksi dengan siswa dan guru dari jarak jauh, serta memanfaatkan teknologi canggih, pembelajaran daring telah mengubah cara kita belajar dan artikel ini, kami menjelaskan bahwa “daring adalah” sebuah konsep yang mengacu pada pembelajaran melalui platform digital dan penggunaan teknologi untuk tujuan pendidikan. Kami menjelaskan definisi dan konsep dasar dari pembelajaran daring serta sejarah kami menyoroti manfaat pembelajaran daring, termasuk akses yang lebih luas ke pendidikan, fleksibilitas waktu dan tempat, serta penggunaan teknologi yang juga membahas transformasi dalam pembelajaran daring, yang melibatkan pengembangan kurikulum yang responsif, penggunaan platform pembelajaran yang interaktif, dan integrasi berbagai sumber daya dalam menghadapi transformasi ini, kami juga mengakui tantangan yang perlu diatasi. Tantangan seperti keterbatasan akses dan infrastruktur, kurangnya interaksi sosial dan kolaborasi, kemandirian dan disiplin diri, serta tantangan teknis dan teknologi memerlukan solusi yang telah menyajikan strategi yang dapat membantu mengatasi tantangan-tantangan ini, termasuk meningkatkan akses dan infrastruktur, mendorong interaksi sosial dan kolaborasi, membangun kemandirian dan disiplin diri, mengatasi tantangan teknis dan teknologi, serta mewujudkan kesetaraan akses dan kesempatan menerapkan strategi-strategi ini dan melibatkan peran aktif dari pemerintah, lembaga pendidikan, guru, siswa, dan orang tua, kita dapat mengoptimalkan manfaat dari pembelajaran daring dan menghadapi tantangan yang daring memiliki potensi besar untuk membentuk masa depan pendidikan yang lebih inklusif dan adaptif di era masyarakat yang terus berkembang dalam era digital, kita perlu mengadopsi pendekatan yang progresif dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi untuk adalah sarana yang memberikan peluang besar, namun juga menghadirkan tantangan. Dengan kerjasama dan upaya bersama, kita dapat memaksimalkan manfaat pembelajaran daring dan menciptakan pengalaman pendidikan yang berharga bagi semua artikel berjudul Daring Adalah Transformasi dan Tantangan di Era Digital, semoga bermanfaat. E TANTANGAN PROFESIONALISME GURU DI ERA DIGITAL Proses pembelajaran mengaplikasikan TIK yang berbasis internet dengan bahan ajar digital menyebabkan terjadinya pergeseran proses belajar mengajar (PMB) dari yang biasa dilakukan guru. KEBERHASILAN pendidikan siswa tidak lepas dari kemampuan guru dalam mentransfer ilmu pengetahuan. Perkembangan teknologi dan pesatnya era digital menuntut kompetensi guru selalu update menjawab tantangan perkembangan teknologi. Hal itu sesuai dengan amanat UU 14/2005 tentang Guru dan Dosen. Bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Tantangan guru dalam pembelajaran era digital membutuhkan orientasi baru dalam pendidikan. Pendidikan yang menekankan pada kreativitas, inisiatif, dan inovatif. Di sisi lain masih banyak guru 80-an, sementara muridnya sudah memakai produk digital kontemporer. Akibatnya, sedikit banyak para murid mempunyai pandangan berbeda dengan guru. Pertumbuhan dan perkembangan era digital ini melahirkan pandangan baru pada semua bidang kehidupan manusia, baik sosial, budaya, ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Sehingga menuntut guru sebagai agent of change terhadap siswa mempunyai peran penting agar tidak ada murid yang terisolasi dalam informasi. Menjadi guru era 80-an berbeda dengan era digital. Karisma guru tidak lagi menjadi prioritas utama, akan tetapi harus dipadukan dengan kemampuan nyata saat ini. Karena itu, pendidikan merupakan salah satu tonggak utama dalam perkembangan sebuah bangsa. Melalui pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan lulusan yang mampu berdaya saing. Salah satu elemen penting dalam pendidikan adalah ketersediaan tenaga guru yang kompeten dan profesionalitas dalam mentransfer ilmu pengetahuan. Kompetensi Guru PP 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 disebutkan, ”pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompentensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rokhani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru merupakan kemampuan guru untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilannya dalam melaksanakan kewajiban pembelajaran secara profesional dan bertanggung jawab. Menurut UU 14/2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 10, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Berdasarkan Permendiknas 16/2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari 4 kompetensi utama. Yaitu, kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Keempat bidang kompetensi di atas tidak berdiri sendiri-sendiri. Melainkan saling berhubungan dan saling memengaruhi dan mempunyai hubungan hierarkis. Sertifikasi Guru Sertifikasi guru merupakan upaya peningkatan mutu guru yang diikuti dengan peningkatan kesejahteraan guru. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan Depdiknas, 20081. Menurut Puguh, peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru SMK dapat dilakukan dengan beberapa cara. Antara lain, studi lanjut program strata 2, kursus dan pelatihan, pemanfaatan jurnal, seminar, kerja sama antara lembaga profesi, dan lain lain. Pembangunan pendidikan merupakan salah satu prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional. Pemerintah berkewajiban memenuhi hak setiap warga negara dalam memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan UUD 1945. Demikian juga warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus pasal 5 ayat 2, 3, dan 4. Demikianlahinformasi terkait tantangan guru di era digital yangmana guru dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman dan diharapkan setiap sekolah dapat mencetak lulusan yang paham akan teknologi agar siswa mampu bersaing di dunia kerja dengan persaingan yang semakin ketat. [Silahkan dibagikan kepada guru-guru di seluruh Indonesia]

Di abad 21 atau yang sering disebut sebagai era digital, guru memiliki peran yang sangat signifikan dalam pendidikan. Peran guru kian penting seiring tugas utama yang diembannya, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Alih-alih sebagai tenaga pendidik, seorang guru juga memiliki tanggung jawab besar untuk memajukan dunia pendidikan. Kepada para guru pula, masyarakat menitipkan keberhasilan anak-anaknya mengenyam pendidikan. Seiring waktu berjalan, tantangan guru di era digital kian berat dan kompleks. Setiap guru harus mampu menjawab tuntutan perkembangan zaman, dengan terus melakukan update informasi. Tepatnya, di era yang serba digital ini, setiap guru harus mampu beradaptasi dengan cara mengubah metode pembelajaran agar sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan siswa. Apa Itu Era Digital? Penting mengetahui apa itu era digital sebelum kita membahas lebih jauh tentang bagaimana guru berperan dalam bidang pendidikan di era digital? Digital adalah sebuah teknologi terkini yang memungkinkan Anda lebih mudah dan cepat menerima informasi apapun serta menyebarluaskannya ke berbagai belahan dunia. Dengan dukungan sistem komputerisasi dan jaringan internet secara penuh, teknologi digital berkembang sangat cepat ke seluruh antero jagat raya. Era digital memang telah menyebabkan dunia tanpa batas borderless. Berkat komputer dan jaringan internet, apapun peristiwa yang terjadi di belahan bumi lain dapat Anda saksikan secara langsung real time. Era digital telah mengubah pandangan dunia tentang politik, ekonomi, sosial, termasuk dalam dunia pendidikan. Khusus dalam dunia pendidikan, era digital sangat mewarnai perkembangan dunia pendidikan. Untuk itu, guru sebagai salah satu stakeholders pendidikan, memiliki peran yang sangat strategis dalam proses pembelajaran di era digital. Agar tidak ketinggalan informasi yang berubah sangat cepat, seorang guru harus terus melakukan updating informasi. Hal ini penting guru lakukan untuk mendukung kelancaran proses belajar mengajar di kelas. Pembelajaran di era digital, termasuk model pembelajaran daring, di tengah pandemi covid-19, menuntut seorang guru untuk lebih kreatif mencari cara pembelajaran yang efektif. Belajar di era digital itu sendiri tidak mengenal ruang dan waktu. Seorang guru harus mampu membawa siswa ke dalam dunia maya dengan segala sifat-sifatnya yang serba digital. Guru di era digital juga bukan semata-mata berperan sebagai tenaga pengajar yang memberikan ilmunya kepada para siswa. Jauh dari itu, seorang guru harus mampu memotivasi dan menginspirasi para siswa. Jika demikian, guru harus muncul sebagai sosok teladan yang baik, yang selalu menjadi contoh bagi para siswa. Agar bisa berperan optimal, seorang guru perlu menjaga profesionalitasnya, baik sebagai pribadi maupun tenaga pendidik. Termasuk meningkatkan kompetensi untuk mengantisipasi perkembangan dalam pembelajaran. Bagaimana Peran Guru di Era Digital? Saat ini, tantangan guru juga semakin besar dan kompleks. Lantas, bagaimana guru menghadapinya? Berikut beberapa peran strategis guru dalam bidang pendidikan di era yang serba digital ini. Mengajarkan Konsep Abstrak Dalam dunia pendidikan, era pendidikan disebut juga dengan era digital. Menyongsong era digital, peran guru menjadi semakin beragam dan kompleks. Apa indikasinya? Peran guru di era digital tidak hanya mengajarkan kepada para murid untuk bisa mengerjakan soal-soal ujian. Lebih kompleks dari itu, siswa tidak hanya bisa menyelesaikan soal namun juga paham akan konsep dasar dari soal yang mereka kerjakan. Dalam hal ini, penguasaan teori menjadi sangat penting. Seorang guru harus memastikan bahwa siswa telah paham tentang konsep dasar suatu ilmu yang mereka pelajari. Dengan menguasai teori/konsep dan prakteknya, siswa akan memahami manfaat ilmu dalam jangka pendek dan jangka panjang. Agar para murid menguasai konsep dasar suatu bidang ilmu, seorang guru bisa mengajarkan konsep-konsep yang bersifat abstrak. Selanjutnya, konsep-konsep yang abstrak itu Anda kombinasikan dengan kegiatan siswa sehari-hari. Karena konsep itu umumnya cukup sulit, guru harus mengajarkannya dengan cara yang mudah mereka pahami. Jelaskan konsep tersebut dengan bahasa yang sederhana agar mereka lebih mudah memahaminya. Tentu, untuk bisa menjelaskan konsep yang sulit dengan bahasa yang sederhana itu bukanlah semudah membalikkan telapak tangan. Sebagai seorang guru di era digital, Anda harus banyak membaca agar selalu update informasi. Anda juga perlu banyak berlatih dan mempersiapkan diri dengan matang sebelum memberikan pelajaran. Mengajarkan konsep abstrak kepada anak-anak akan mendorong mereka memiliki pemahaman teori yang mendalam, sekaligus bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Mengajak Siswa Belajar Aktif Peran guru selanjutnya di era digital ini adalah bagaimana seorang guru bisa memberikan pelajaran kepada para siswanya untuk bisa belajar secara aktif. Artinya, mereka tidak hanya menguasai konsep/teori namun juga menguasai prakteknya. Siswa bisa menerapkan ilmu yang diperoleh untuk membantu masyarakat di lingkungannya. Dalam pembahasan soal isu pencemaran lingkungan, misalnya, seorang guru bukan hanya membuat siswa paham akan bahaya pencemaran lingkungan. Namun juga mendorong siswa untuk turut mencegah terjadinya pencemaran lingkungan. Bagaimana caranya? Guru lantas menunjukkan cara prakteknya, misalnya dengan menyediakan tempat sampah agar siswa tidak membuang sampah di sungai, dsb. Intinya, ajak siswa untuk selalu hidup disiplin dan menghargai lingkungan. Upaya yang Anda lakukan itu juga merupakan bagian dari ajaran agama baca Islam yang perlu Anda sampaikan kepada murid-murid agar lebih paham tentang agamanya. Islam mengajarkan tentang pentingnya hidup bersih dan menjaga lingkungan hidup dari pencemaran. Ini prinsip-prinsip dasar dalam ajaran Islam. Kami, di Prestasi Global menerapkan prinsip-prinsip Islami untuk membantu siswa memahami dan mencintai agama Islam dengan baik. Mari bergabung bersama kami. Menjadikan Pintar Sekaligus Kreatif Hidup di era digital harus memiliki multitalenta. Seorang siswa akan kalah bersaing ketika hanya mengandalkan kecerdasannya tanpa menguasai aspek penting lainnya. Disinilah pentingnya peran guru dalam pendidikan, yakni tidak hanya menjadikan murid pintar namun juga punya kreativitas tinggi. Dua komponen pintar dan kreatif inilah yang siswa butuhkan di era digital. Ada banyak contoh kasus, murid pintar namun miskin kreativitas. Atau sebaliknya, murid kreatif namun dalam hal ilmu kurang menguasai. Adalah menjadi tugas guru untuk mengkombinasikan keduanya. Pintar tapi kurang kreatif bisa Anda lihat dari cara siswa berkomunikasi. Siswa pandai namun kurang kreatif umumnya kurang bisa berbagi ilmu dengan siswa lain. Mengapa? Karena siswa yang kurang kreatif cenderung mengalami masalah dalam komunikasi. Mereka biasanya sulit untuk bergaul dengan temannya yang lain. Mengingat pentingnya kreativitas bagi siswa, guru harus serius dan berupaya keras untuk merealisasikannya. Upaya ini sekaligus untuk mempermudah murid menerima pelajaran dari guru. Dengan menjadikan anak kreatif, mereka juga akan mudah menerima informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pendidikan di era digital. Lantas, bagaimana seorang guru bisa melatih kreatifitas anak didiknya? Hal pertama yang harus guru lakukan adalah dengan menambah wawasan. Barangkali akan sulit mengajak anak kreatif sementara gurunya tidak memiliki wawasan yang cukup. Padahal, wawasan yang luas akan menjadikan seorang guru lebih inovatif. Sifat inovatif sendiri merupakan syarat yang harus guru miliki untuk mendukung proses belajar mengajar dan menjadikan muridnya lebih mudah menangkap pelajaran yang ada. Selain wawasan yang luas, kini banyak guru belajar tentang referensi mengajar untuk mendukung usahanya menjadikan siswa kreatif. Jadi, selain wawasan yang luas, guru juga perlu memiliki banyak referensi. Menguasai Bahasa dan Budaya Era digital juga identik dengan dunia tanpa batas. Artinya, dunia digital saat ini tidak mengenal ruang dan waktu serta menghilangkan batas-batas wilayah suatu negara. Dunia kini telah menyatu, yang ditandai dengan semakin bercampurnya bahasa dan budaya di dunia. Isu ini harus disikapi oleh seorang guru untuk mendukung perannya sebagai tenaga pengajar di era digital. Bahasa dan budaya adalah dua aspek penting dan merupakan kunci untuk membuka jendela informasi dunia. Seorang guru tidak bisa mengembangkan metode pembelajaran dengan baik di era digital ini tanpa menguasai bahasa dan budaya yang ada di dunia. Dalam hal penguasaan bahasa, misalnya, seorang guru wajib menguasainya. Sebab, dia akan menghadapi murid-murid dengan berbagai latar belakang bahasa dan budaya yang berbeda. Dan, bahasa yang lazim digunakan dalam pergaulan dunia adalah bahasa Inggris. Sebagai bahasa internasional, bahasa Inggris sudah menjadi alat komunikasi untuk mengajar di sekolah-sekolah internasional. Jadi, untuk mendukung perannya di era global, seorang guru minimal harus menguasai bahasa Inggris. Tentu tidak cukup hanya menguasai secara pasif melainkan harus secara aktif. Apalagi, menjadi bahasa pengantar dalam pembelajaran, seorang guru harus bisa berbicara dalam bahasa Inggris dengan lancar. Secara pribadi, penguasaan bahasa asing baca Bahasa Inggris juga penting dalam rangka meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan perannya itu. Untuk menguasai bahasa asing, termasuk bahasa Inggris, tidak perlu strategi khusus. Yang Anda perlukan adalah kerja keras, ulet dan pantang menyerah. Anda harus banyak berlatih atau mempraktekkan percakapan dengan teman atau orang lain. Bahkan, jika perlu, sesekali pergi ke tempat-tempat wisata yang banyak dikunjungi wisatawan. Disana, Anda bisa berlatih conversation dengan para turis untuk memperlancar bahasa Inggris Anda. Tidak perlu minder, tetap percaya diri bahasa Anda bisa melakukannya. Kesimpulan Sebagai kesimpulan, tugas dan tanggung jawab guru di era digital ini kian kompleks. Guru memiliki peran yang lebih besar dari sekadar memberikan ilmu kepada peserta didik. Lebih dari itu, seorang harus harus mampu menjadi agen perubahan agent of change bagi murid-muridnya. Guru harus mampu mengubah perilaku murid-murid menjadi pribadi yang mulia dan terpuji. Disinilah peran guru yang tidak akan bisa tergantikan oleh teknologi apapun. Yakni, cara mendidik seorang guru yang berbeda dengan media-media pembelajaran. Seorang guru ketika mendidik siswa-siswanya tentu dilakukan dengan penuh kasih sayang dan kehangatan. Hal yang tidak murid dapatkan ketika belajar dari media-media di internet. Mengingat pentingnya kehadiran seorang guru di tengah-tengah muridnya, saat pandemi covid-19, ada beberapa sekolah yang berani’ menerapkan blended learning ini. Yakni, sebuah praktek pembelajaran yang mengkombinasikan model tatap muka dengan pembelajaran daring online. Akhirnya, peran guru bisa dikatakan berhasil dalam pendidikan di era digital ketika mampu melahirkan anak-anak yang tidak hanya berprestasi di bidang akademik namun juga memiliki sifat yang terpuji dan berbudi luhur. Baca Juga Peran Orang Tua Kepada Anak di Masa Sekarang Sangat Penting! Seberapa Pentingkah Peran Itu?? Apa saja tantangan guru di era digital? Setiap guru harus mampu menjawab tuntutan perkembangan zaman, dengan terus melakukan update informasi. Tepatnya, di era yang serba digital ini, setiap guru harus mampu beradaptasi dengan cara mengubah metode pembelajaran agar sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan siswa. Apa itu era digital? era digital adalah suatu kondisi kehidupan atau zaman dimana semua kegiatan yang mendukung kehidupan sudah dipermudah dengan adanya teknologi. Bisa juga dikatakan bahwa era digital hadir untuk menggantikan beberapa teknologi masa lalu agar jadi lebih praktis dan modern. Bagaimana peran guru di era digital? 1. Mengajarkan Konsep Abstrak 2. Mengajak Siswa Belajar Aktif 3. Menjadikan Pintar Sekaligus Kreatif 4. Menguasai Bahasa dan Budaya Visited 4,990 times, 1 visits today

Penggunaanteknologi di bidang pendidikan memang merupakan sebuah terobosan besar tapi pada saat yang sama juga merupakan tantangan tersendiri. Ternyata masih banyak guru yang "gaptek" atau gagap teknologi yang mengakibatkan gaya mengajar mereka menjadi kuno dan kurang disukai anak didiknya. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pengaruh teknologi digital terus berkembang dengan pesat dalam dunia kerja saat ini. Era digital telah mengubah cara kita bekerja, berkomunikasi, dan berkolaborasi. Namun, bersama dengan kemajuan teknologi ini, muncul pula tantangan baru yang harus dihadapi oleh para profesional. Untuk tetap relevan dan sukses dalam lingkungan kerja yang semakin digital ini, meningkatkan profesionalisme menjadi sangat adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan profesionalisme di era digitalTingkatkan Kompetensi Digital Anda Penguasaan teknologi digital adalah keterampilan yang sangat penting di era ini. Pastikan Anda memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menggunakan alat-alat dan platform digital yang umum digunakan di tempat kerja. Pelajari tentang aplikasi produktivitas, manajemen proyek, kolaborasi online, dan alat komunikasi digital lainnya. Tingkatkan kemampuan Anda dalam menggunakan perangkat lunak dan aplikasi terkait pekerjaan Anda agar lebih efisien dan efektif. Jaga Etika dan Profesionalisme dalam Komunikasi Digital Dalam era digital, komunikasi sering dilakukan melalui email, pesan instan, atau platform kolaborasi online. Penting untuk menjaga etika dan profesionalisme dalam setiap bentuk komunikasi digital. Gunakan bahasa yang sopan dan jelas, beri perhatian pada tata krama digital seperti menulis subjek yang jelas dalam email, merespons dengan cepat, dan menghindari penggunaan huruf besar yang berlebihan yang dianggap seperti berteriak. Selain itu, penting juga untuk menghormati privasi orang lain dan menghindari berbagi informasi pribadi yang tidak relevan melalui kanal komunikasi digital. Tingkatkan Kemampuan Kolaborasi dan Jaringan Online Di era digital, kolaborasi dan jaringan dapat terjadi secara online melalui platform seperti alat konferensi video, jejaring sosial profesional, atau platform kolaborasi proyek. Manfaatkan kesempatan ini untuk memperluas jaringan profesional Anda, terlibat dalam proyek bersama secara virtual, dan berbagi pengetahuan dengan rekan kerja Anda. Juga, pastikan untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi online yang relevan dengan bidang pekerjaan Anda. Dengan berkolaborasi secara efektif dan membangun jaringan yang kuat, Anda dapat meningkatkan profesionalisme Anda di era digital Keseimbangan antara Kehidupan Pribadi dan Profesional Dalam era digital yang terkoneksi secara terus-menerus, batas antara kehidupan pribadi dan profesional dapat menjadi kabur. Penting untuk menjaga keseimbangan yang sehat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi Anda. Tetapkan waktu yang jelas untuk istirahat, liburan, dan menjaga hubungan dengan keluarga dan teman-teman. Jaga agar tidak terjebak dalam siklus kerja yang nonstop dan tetapkan batasan yang jelas untuk diri sendiri dalam menggunakan teknologi era digital yang terus berkembang ini, meningkatkan profesionalisme adalah kunci untuk sukses di tempat kerja. Dengan meningkatkan kompetensi digital, menjaga etika dan profesionalisme dalam komunikasi, membangun kemampuan kolaborasi dan jaringan online, serta menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional, Anda dapat mengatasi tantangan baru yang muncul dan menjadi profesional yang tangguh di era digital ini Lihat Humaniora Selengkapnya Diera yang serba digital ini, tantangan guru pun ada berbagai macam. Mereka harus menyesuaikan cara mengajar dengan kebutuhan generasi muda dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Digitalisasi pendidikan, melahirkan cara baru dalam proses belajar dan pembelajaran. Tantangan Guru di Era Digital – Tidak dapat dipungkiri bahwa di era modern sekarang, seorang tenaga pendidik dituntut untuk memiliki kompetensi digital mengikuti perkembangan zaman. Penguasaan kompetensi di era sekarang tidak hanya menuntut guru untuk menguasai materi pelajaran saja, tetapi juga menuntut guru untuk menguasai teknologi agar kegiatan belajar mengajar berjalan efektif dan efisien dan menghasilkan lulusan yang mampu bersaing di dunia kerja dengan persaingan yang sangat Guru di Era digitalDi era industri kita dihadapkan pada perkembangan zaman yang semakin canggih sehingga mengalami banyak perubahan termasuk dalam dunia zaman serba digital, peran guru sangat penting karena seorang guru merupakan ujung tombak atau pelaksana untuk mencerdaskan anak bangsa agar mampu menjawab tantangan hal ini, guru dihadapkan pada masalah digitalisasi yangmana tidak semua guru menguasai skill atau kemampuan teknologi. Guru dituntut bersikap professional untuk terus belajar agar dirinya mampu berkembang beradaptasi mengenai hal-hal baru untuk mengikuti perkembangan zaman guna menciptakan lulusan terbaik yang mempunyai skill digital yangmana sangat dibutuhkan di dunia kerja. Kompetensi yang harus dimiliki Guru di era digitalDi era digital terdapat 4 kompetensi guru yang dapat mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar mengajar, yaituKompetensi pedagogik terkait dengan kemampuan yang dimiliki oleh guru saat mengajar dan mengelola kepribadian terkait dengan pribadi seorang guru yang pantas untuk digugu dan sosial terkait dengan kemampuan guru dalam menjalin komunikasi dengan siswa, sesama guru, pemimpin dan staf sekolah, serta orang tua profesional adalah kemampuan guru terkait dengan bidang keilmuannya, seberapa jauh dia menguasai kemampuan yang harus dimiliki guru di era digitalMenjadi model belajarMenjadi guru professional diharapkan mampu menjadi model belajar terkait penggunaan media digital kepada siswa, seperti guru dapat mentransfer pengetahuan teknologi dan guru juga dapat mencontohkan penggunaan tools-tools digital untuk mendorong kreativitas pembelajaranDahulu, siswa sekolah hanya menggunakan media papan tulis, bahan ajar berupa buku dan berbagai media lain secara sederhana. Namun, di era digital guru dapat melakukan berbagai macam inovasi pembelajaran untuk menunjang pembelajaran. Inovasi pembelajaran sangat bermanfaat agar siswa tidak mudah jenuh saat proses belajar satu inovasi pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru adalah membuat tampilan power point yang menarik. Guru tidak harus menggunakan papan tulis untuk mengajar tetapi juga bisa melalui tampilan power point yang di desain dengan semenarik mungkin sehingga dapat menarik perhatian siswa dan pembelajaran terasa lebih / kompetensi penunjangSeorang guru dalam mengajar tentunya sudah dibekali dengan skill akademik berupa materi pelajaran. Tetapi, di era digital guru membutuhkan skill yang lain untuk membantu pekerjaan, seperti kemampuan membuat video, editing, menulis, dan masih banyak lagi skill yang harus dikuasai menggunakan internet dalam konteks pendidikanSaat ini, media internet tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar siswa karena penggunaan informasi banyak tersedia melalui internet dan dapat diakses dengan mudah dimana saja dan kapan informasi terkait tantangan guru di era digital yangmana guru dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman dan diharapkan setiap sekolah dapat mencetak lulusan yang paham akan teknologi agar siswa mampu bersaing di dunia kerja dengan persaingan yang semakin ketat. [Silahkan dibagikan kepada guru-guru di seluruh Indonesia]Dapatkan informasi guru terupdate dengan join channel telegram Siti Mahsunah
\n \n tantangan guru di era digital
Saatini masyarakat termasuk para guru sudah memasuki era digital, yaitu suatu era yang sudah melampaui era teknologi komputer. Menurut data yang diketahui, bahwa jumlah penjualan komputer saat ini sudah cenderung menurun dan terkalahkan oleh jumlah penjualan teknologi digital handphone.
Oleh Nurul Yaqin, Guru Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu SMPIT Annur, Cikarang Timur, multidimensional yang dihadapi dunia ini semakin pelik manakala arus globalisasi kontemporer telah menjalar ke berbagai lini kehidupan. Dunia mengalami fenomena globalisasi yang cepat penetrasinya dan luas Giddens 1990 menyebutnya sebagai globalisasi dini, yaitu intensifikasi relasi-relasi sosial dunia yang menghubungkan lokalitas yang berjauhan sedemikian rupa, sehingga peristiwa-peristiwa lokal dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi jauh di seberang dan begitu pun di bidang teknologi informasi dan telekomunikasi membawa distansiasi ruang waktu sekaligus pemadatan ruang waktu yang merobohkan batas-batas ruang dan waktu konvesional. Fenomena ini telah merestrukturisasi pola dan cara pandang kehidupan manusia yang memunculkan efek mendua. Efek inilah yang dikenal dengan istilah global paradox positif dan negatif, peluang dan menyebabkan negara-negara yang ada di dunia berevolusi menjadi desa global, dan warga dunia menjelma menjadi warga global. Indikasinya, bayi yang lahir pada abad XXI berubah menjadi “manusia-manusia digital”, yaitu manusia masa kini yang sangat akrab dengan dunia teknologi, informasi, dan konteks pendidikan, kemajuan iptek membutuhkan perhatian serius karena dunia pendidikan adalah sarana paling efektif dalam penyebaran iptek. Sistem pembelajaran konvesional perlahan mulai tertinggal jauh di ini proses pembelajaran tidak hanya berkutat di dalam kelas, tetapi juga menggunakan media digital, online, dan telekonferensi. Namun, pendidikan juga harus waspada agar mampu membendung efek negatif dari perkembangan hal tersebut, guru sebagai aktor utama pendidikan tidak boleh tutup mata. Guru hari ini harus lebih pintar dan cerdas dibandingkan murid-murdinya dalam menyikapi perkembangan teknologi yang semakin sampai seorang guru memiliki penyakit TBC tidak bisa computer, mengingat anak didik lebih akrab dengan dunia teknologi dan komunikasi. Keterbelakangan guru dalam dunia iptek akan menjadi bumerang yang akan memengaruhi profesionalitas milenialYang jadi permasalahan kolektif dunia pendidikan kita saat ini adalah guru abad XX yang lahir tahun di bawah 2000 masih gagap teknologi. Sedangkan murid yang dihadapi adalah manusia abad XXI yang tentu beda dalam asupan gizi keilmuan banyak anak didik kita saat ini lebih cerdas dalam dunia teknologi daripada gurunya. Kesenjangan semacam ini tidak bisa dibiarkan begitu saja agar tidak berakibat fatal dalam proses sejak zaman Orde Baru sampai sekarang bukan lagi seperti yang dilukiskan oleh Earl V Pullias dan James D Young dalam bukunya A Teacher is Many Things, yaitu sebagai sosok makhluk serbabisa sekaligus memiliki kewibawaan yang tinggi di hadapan murid-muridnya ataupun sosok guru yang sekarang ini lebih tepat sebagai sosok mimikri, yang harus pandai-pandai menyesuaikan diri di mana dan dalam situasi apa mereka berada. Hal itu sebagai akibat dari situasi ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang ada sangat media komunikasi yang tidak hanya berbasis pesan audio menjadi candu bagi anak-anak muda sekarang. Terlebih lagi sebuah aplikasi komunikasi yang dilengkapi dengan media audio sedikit dari anak didik bangsa ini memperlihatkan gambar amoral, yang menurut mereka merupakan sesuatu yang trendi. Ironisnya, guru tidak mengetahui apa yang dilakukan anak didiknya karena tidak memiliki aplikasi adalah sebuah problema yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Lewat salah satu aplikasi yang paling digandrungi, anak remaja hari ini berlomba-lomba mempertontonkan foto-foto mereka yang paling aplikasi komunikasi tanpa batas akan membawa anak pada dunia yang lebih bebas dan liar. Di sana, mereka akan berteman dengan para tokoh idolanya semisal artis Korea, artis Hollywood, dan lain-lain. Bahkan, mereka menjadikannya sebagai kiblat dalam semua akan menjadi tantangan terbesar bagi para guru. Canggihnya teknologi akan menyebabkan komunikasi antarpeserta didik dapat terjalin dengan obrolan dunia maya antaranak didik tanpa ada campur orang tua dan guru, maka sangat riskan mereka akan bertindak sesuai dengan nafsu jiwa muda. Nafsu jiwa muda cenderung tanpa pertimbangan akal yang tentunya bisa mengakibatkan dampak negatif bagi diri Ibrahim 2012 menuturkan, “Kemajuan teknologi berpotensi membuat anak cepat puas dengan pengetahuan yang diperolehnya, sehingga menganggap apa yang diperolehnya dari internet atau teknologi lain adalah pengetahuan terlengkap dan final".Melek teknologiKualitas guru yang hampa akan teknologi tidak akan mampu menanamkan “daya kritis” kepada murid untuk menjadi manusia revolusioner. Sehingga mereka terhambat untuk menggali potensi yang gaptek gagap teknologi akan menurunkan derajat kredibilitasnya di hadapan para muridnya sehingga murid cenderung bersikap underestimate, seolah-olah guru adalah orang dungu di tengah dunia fenomena yang sering ada dan terjadi di sekeliling kita. Guru boleh produk tahun 90-an, tapi kapasitas keilmuannya tidak boleh kalah dengan persaingan mana pun dan kapan pun seorang guru harus lebih pintar daripada muridnya, tidak hanya dalam konteks pedagogik akan tetapi juga harus update dalam segala bidang. Guru tempat berpijak murid, jika guru tidak ada ghirah untuk meningkatkan potensi dirinya, sudah pasti guru akan kalah dari tingkat keilmuan muridnya, mengingat sumber belajar saat ini sudah betebaran di dunia maya setiap hal tersebut, guru tidak boleh gagap teknologi gaptek dan harus selalu berupaya memotivasi dirinya dalam dunia teknologi. Guru tidak boleh malas mengakses informasi dan teknologi jika tidak mau perlu belajar serius agar mampu mengoperasikan perangkat teknologi informasi di hadapan para muridnya. Guru profesional akan lebih mudah memahami kebutuhan siswa di tengah semakin kompletnya ketersediaan sarana dan siswa memiliki akun di media sosial, tak ada salahnya guru juga memilikinya, bahkan disarankan untuk saling berteman. Selain sebagai wadah untuk belajar, media komunikasi, dan penyebaran informasi, keberadaan guru juga sebagai pengawas aktivitas anak didik ketika berselancar di dunia maya. Komunikasi siswa saat ini cenderung alay dan berupa simbol-simbol yang sulit dijangkau oleh orang hal ini, guru harus mengetahui bahasa yang sering digunakan oleh mereka. Terkadang dalam bahasa yang mereka gunakan terselip unsur-unsur yang menjerumus kepada tindakan-tindakan yang tak bullying perisakan, diskriminasi, narkoba, bahkan seksual. Ketika guru sudah masuk dalam dunia muridnya, maka akan lebih mudah bagi guru mengantisipasi hal-hal negatif yang setiap saat selalu menghantui.
polakomunikasi yang terjadi dalam pembelajaran yang disajikan oleh guru adalah sebuah pola komunikasi yang humanis karena komunikasi antara manusia dengan manusia yang lebih melibatkan suasana hati, rasa peduli, dan tenggang rasa yang tidak mungkin dialami anak didik ketika belajar dengan menggunakan alat-alat pembelajaran elektronik yang
Tantangan Guru dan Masalah Sosial Di Era Digital Abstract Peran guru dalam pembelajaran era digital ada tujuh yakni a guru sebagai sumber belajar; peran guru sebagai sumber belajar berkaitan dengan kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran. b guru sebagai fasilitator; peran guru sebagai fasilitator dalam memberikan pelayanan kepada siswa untuk dapat memudahkan siswa menerima materi pelajaran. c guru sebagai pengelola; dalam proses pembelajaran, guru berperan untuk memegang kendali penuh atas iklim dalam suasana pembelajaran; d guru sebagai demonstrator; berperan sebagai demonstrator maksudnya disini bukanlah turun ke jalan untuk berdemo. Guru itu sebagai sosok yang berperan untuk menunjukkan sikap-sikap yang akan menginspirasi siswa untuk melakukan hal yang sama, bahkan lebih baik; e guru sebagai pembimbing; perannya sebagai seorang pembimbing, guru diminta untuk dapat mengarahkan kepada siswa untuk menjadi seperti yang diinginkannya; f guru sebagai motivator; proses pembelajaran akan berhasil jika siswa memiliki motivasi didalam dirinya; g guru sebagai elevator; guru haruslah mengevaluasi semua hasil yang telah dilakukan selama proses guru di era digital; guru sampai sekarang masih banyak memakai produk 80-an, sementara muridnya sudah memakai produk kontemporer. Akibatnya, para murid berbeda secara radikal dengan para guru, karena banyak terjadi ketidaknyambungan di sana-sini. Kita tahu bahwa murid sekarang tidak lagi cocok dengan sistem pendidikan abad 20. Namun, praksis di lapangan para guru masih tidak memahami hal ini. Banyak guru kita yang lambat mengejar laju modernisasi pendidikan. Yang terjadi kemudian adalah murid sudah mampu menerima informasi secara cepat dari berbagai sumber multimedia, sementara banyak guru acapkali memberikan informasi dengan lambat dan dari sumber-sumber terbatas. Keywords Guru, Masalah Sosial, Era Digital DOI Refbacks There are currently no refbacks. Copyright c 2020 Abdul Latif Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa Internasional. Perkembanganteknologi ini, menjadi tantangan bagi guru. Tantangan tersebut antara lain yang pertama, berpikir kritis. Yaitu mampu menerima berbagai data dan informasi yang begitu cepat, mampu membimbing siswa memecahkan masalah yang sedang dihadapi dan mengadirkan solusi dengan mendiskusikannya.
Jakarta ANTARA - Pandemi COVID-19 telah memaksa para guru untuk mengubah pola mengajar. Jika sebelumnya dilakukan secara konvensional atau tatap muka maka pandemi “memaksa” mereka memanfaatkan teknologi dalam menyampaikan pembelajaran melalui dunia sedikit para guru yang “gagap” dengan mendadaknya peralihan pola pembelajaran dari yang biasa dilakukan di sekolah menjadi di rumah. Menyadari hal itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan sejumlah upaya dalam membantu guru menghadapi transformasi digital. Langkah awal yang diluncurkan Kemendikbud, melalui laman Guru Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, Iwan Syahril, mengatakan laman itu menjadi ruang bagi guru untuk saling berbagi semangat positif dan strategi pembelajaran yang kreatif, sehingga mereka tetap dapat melakukan proses pembelajaran yang berkualitas dan menyenangkan, sembari membantu sesama yang masih beradaptasi dalam situasi sulit. Melalui laman tersebut, para guru berbagi praktik, baik pembelajaran selama masa pandemi, seperti rencana pelaksanaan pembelajaran RPP yang efektif. Program lainnya dalam membantu guru beradaptasi, yakni Program Guru Penggerak, Program Organisasi Penggerak, hingga Program Guru Belajar Seri Masa Pandemi COVID-19. “Melalui Guru Belajar tersebut, guru dilatih untuk melakukan pembelajaran secara daring sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan selama masa pandemi COVID-19,” katanya. Iwan mengakui situasi pandemi COVID-19 membuat pembelajaran menjadi tidak mudah. Transformasi pembelajaran digital sebenarnya sudah dicanangkan sejak lama. Namun, tidak terlaksana dengan baik. Pandemi COVID-19 mempunyai sisi positif, yakni mempercepat transformasi digital pada proses pembelajaran. Seluruh guru mau tak mau harus belajar dan mengakrabi teknologi. Para guru mesti memiliki mental pembelajar sepanjang hayat agar dapat adaptif dengan segala kondisi. Sebagai Dirjen GTK yang baru diangkat pada Mei 2020, Iwan mengatakan tantangan utama mengubah pola pikir guru yang sebelumnya pembelajaran berpusat pada guru menjadi pada siswa. "Semua kebijakan pendidikan, semua program pendidikan, harus diukur dari keberhasilannya dalam memberikan layanan yang semakin baik terhadap murid dan keberhasilannya dalam meningkatkan hasil belajar murid," pendidikan berpusat kepada murid, disebut dia, sudah dicanangkan Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Hajar Dewantara berpesan bahwa semua pemangku kepentingan dalam pendidikan haruslah bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, tidak untuk meminta sesuatu hak, namun untuk berhamba pada sang anak."Oleh karena itu kita tidak saja harus melakukan pembelajaran yang berpusat kepada anak, namun juga harus merencanakan, menghasilkan dan mengimplementasikan kebijakan dan program pendidikan yang berpusat kepada anak," kata dia. Tantangan kedua, adalah mengembangkan budaya inovasi di dalam lingkungan kerja Ditjen GTK dan di dalam ekosistem pendidikan. Tantangan zaman yang dihadapi saat ini membutuhkan keberanian untuk mengembangkan ide-ide baru untuk mereimajinasi cara bekerja di semua sektor. Bantuan bagi guru Selama pandemi, Kemendikbud melakukan relaksasi penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah BOS, yang mana dapat digunakan untuk membayar gaji guru honorer tanpa harus terikat dengan persentase. Kebijakan itu dilakukan untuk membantu para guru honorer yang kesulitan saat pandemi COVID-19. Kemendikbud juga memberikan Bantuan Subsidi Upah BSU kepada guru maupun tenaga kependidikan honorer yang memiliki gaji di bawah per bulan. Bantuan tersebut diberikan kepada pendidik dan tenaga kependidikan PTK non-PNS, baik guru maupun dosen, di sekolah negeri dan swasta. Kriterianya sangat sederhana, yakni warga negara Indonesia, berstatus bukan PNS, memiliki penghasilan di bawah dan tidak menerima bantuan subsidi upah gaji dari Kemenaker dan program-program lainnya. Selain itu, tidak menerima Kartu Prakerja sampai dengan 1 Oktober 2020. Bantuan subsidi upah tersebut diberikan satu kali, yakni Rp1,8 juta. Sasaran mereka yang mendapatkan BSU tersebut berstatus non-PNS, meliputi dosen, guru, guru yang bertugas sebagai kepala sekolah, pendidik PAUD, pendidik kesetaraan, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga administrasi. Total sasaran orang terdiri atas dosen perguruan tinggi negeri dan swasta, guru dan pendidik pada satuan pendidikan negeri dan swasta, serta tenaga perpustakaan, tenaga umum, dan tenaga administrasi. Berikutnya yang mulai diselesaikan Kemendikbud pada 2020 persoalan guru honorer. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mendikbud Nadiem Anwar Makarim mengatakan dengan teknologi sejumlah persoalan terkait dengan pendidikan dan kebudayaan dapat diselesaikan. “Mulai dari mekanisme dana BOS, yang dulu berbelit-belit kini langsung ke sekolah. Begitu juga dengan persoalan guru honorer kita selesaikan berkat bantuan teknologi,” terang dia. Kemendikbud membuka kesempatan bagi guru honorer untuk dapat mengikuti seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja PPPK pada 2021. Seleksi itu dibuka karena berdasarkan Data Pokok Pendidikan Dapodik Kemendikbud memperkirakan bahwa kebutuhan guru di sekolah negeri mencapai satu juta orang, di luar guru PNS yang saat ini mengajar. Pembukaan seleksi untuk menjadi guru PPPK upaya menyediakan kesempatan yang adil untuk guru honorer yang kompeten agar dapat mendapatkan penghasilan secara yang dapat mendaftar dan mengikuti seleksi tersebut adalah guru honorer di sekolah negeri dan swasta yang terdaftar di Dapodik dan lulusan Pendidikan Profesi Guru PPG yang saat ini tidak mengajar. Seleksi guru PPPK pada 2021 berbeda dengan tahun sebelumnya. Jika sebelumnya formasi guru PPPK terbatas maka pada 2021 semua guru honorer dan lulusan PPG bisa mendaftar dan mengikuti seleksi, serta bagi yang lulus seleksi akan menjadi guru PPPK hingga batas satu juta pusat juga mengundang pemerintah daerah untuk mengajukan formasi lebih banyak sesuai dengan kebutuhan. Perbedaan selanjutnya, jika sebelumnya setiap pendaftar diberikan kesempatan mengikuti ujian seleksi satu kali maka pada 2021 diberikan kesempatan hingga tiga kali. Selain itu, jika sebelumnya tidak ada materi persiapan untuk pendaftar maka pada 2021 Kemendikbud menyiapkan materi pembelajaran secara daring untuk membantu pendaftar mempersiapkan diri sebelum ujian. Jika sebelumnya pemerintah daerah harus menyiapkan anggaran gaji peserta yang lulus seleksi guru PPPK maka pada tahun ini pemerintah pusat memastikan tersedianya anggaran bagi gaji semua peserta yang lulus seleksi guru itu, jika sebelumnya biaya penyelenggaraan ujian ditanggung pemerintah daerah maka pada 2021 ditanggung Kemendikbud. Dengan sejumlah langkah yang diambil Kemendikbud tersebut, sejumlah persoalan guru perlahan dapat depan, diharapkan tidak hanya persoalan status guru yang dapat diatasi tetapi juga kompetensi guru karena menyangkut masa depan siswa Indonesia.
Apalagisebagian besar guru - guru tidak lahir di era digital. Kami para guru yang lahir sebelum digital marak disebut digital immigrant [2]. Yaitu mereka yang lahir diatas tahun 80 - an sehingga tidak menguasai teknologi atau baru mengenal teknologi setelah dewasa. Sehingga para guru sering gagap teknologi karena sangat canggung dengan teknologi.
Entering the current digital era, the development of students is very different from the past. The digital era has brought various positive and negative impacts together. Many cases occur in children who do acts of bullying, become individualists, and are less able to socialize in the community. If not fortified, this condition will be very dangerous for their development in the future. As a professional teacher organization in Indonesia, PGRI is required to play a role in aligning the changing times with character values. Various regulations and intervention programs are implemented for children growing up together with technology and using it for positive things. This article is a study of a systematic review of scientific publications in the last 10 years related to the policy and implementation of the digitalization program by the PGRI organization. The results of the research have provided an overview of the roles and challenges of the PGRI organization in shaping the nation's character in the current of digital era To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the has not been able to resolve any citations for this ZulfaJaja JahariA. Heris HermawanMewabahnya Covid-19 sebagai pandemi telah membawa dampak signifikan sekaligus membuka peluang dan tantangan bagi pengelolaan lembaga pendidikan Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran mengenai peluang dan tantangan pengelolaan lembaga pendidikan Islam pada masa pandemi. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif dengan metode yang digunakan adalah library research dan jenis data yang dipakai adalah data kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan. Proses analisis data dilakukan dengan menggunakan teknin deskriptif-analitis. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa peluang pengelolaan lembaga pendidikan pada masa Covid-19 dapat diidentifikasi dari terbukanya peluang untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui usaha membangun fungsi-fungsi manajemen pengelolaan lembaga pendidikan Islam berbasis digital dengan sistem dalam jaringan daring sangat didukung oleh situasi pandemi yang sedang terjadi. Karena itu tantangan yang dihadapi dalam hal pengelolaan berbasis digital dengan dukungan internet melalui sistem dalam jaringan adalah kesiapan lembaga dalam aspek dukungan sarana dan prasarana serta kesiapan SDM yang ahli di bidang ini menjadi hal penting yang harus dipenuhi untuk meningkatkan persaingan dan kompetisi antar lembaga pendidikan Islam pada masa pandemi untuk meningkatkan sistem pengelolaan lembaga agar menghasilkan kualitas mutu dan memiliki daya saing yang children’s use of digital devices is increasing as we progress through the 21st century and handheld and mobile devices, such as smartphones and tablets, have become increasingly available. While older children using tablets to read has been more broadly investigated, less is known about the impacts of digital reading on children at the stage of literacy acquisition. An analytical review was conducted on the effects of interactive e-book interventions for young children’s literacy development when compared to a listening to print books, b regular school programs, and c reading non-enhanced and non-interactive e-books. A significant additional beneficial effect of e-book interventions was found for phonological awareness and vocabulary learning based on data from 1138 children in 14 randomized controlled trial RCT studies. When e-books are properly selected and used, children develop literacy skills equally well and sometimes better than with print books. Additionally, e-book interventions outperformed the regular school program in the development of literacy skills. Similarly, enhanced e-book conditions revealed benefits over the non-enhanced e-book interventions in literacy skill acquisition. The impact of these findings related to health issues, e-book design, disadvantaged populations, and adult-led e-book sharing is discussed. Triyanto TriyantoTujuan artikel ini adalah untuk membahas tentang peluang dan tantangan pendidikan karakter di era digital. Ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan naturalistik. Data dikumpulkan dengan cara survei, wawancara, observasi dan studi pustaka. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan enam tahapan dari Creswell. Pendidikan karakter di era digital memiliki berbagai tantangan dan peluang. Riset membuktikan bahwa era digital memberi peluang positif pada implementasi pendidikan karakter. Tantangan kita adalah bagaimana mengajari siswa untuk menavigasi etika di era digital. Beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam pendidikan karakter di era digital mencakup keseimbangan, keselamatan dan keamanan, perundungan siber, sexting, hak cipta dan plagiarism. Para pembuat kebijakan pendidikan perlu berperan aktif dalam pengembangan berkelanjutan pembelajaran karakter secara digital untuk memastikan penerapan pembelajaran digital yang efektif. ABSTRACT The purpose of this article is to discuss the opportunities and challenges of character education in the digital age. This is a qualitative research with naturalistic approach. Data were collected by surveys, interviews, observation and literature review. The data were analyzed by six stages from Creswell. Character education in the digital age has various challenges and opportunities. Research proves that the digital age provides positive opportunities for the implementation of character education. The challenge is how to teach students to navigate ethics in the digital age. Some of the challenges are balance, safety and security, cyber bullying, sexting, copyright and plagiarism. Education policy makers need to participate in the continuous development of digital character learning to implement effective digital learning. Hiller SpiresThis thematic issue of Media and Communication features a range of critical perspectives on digital literacies with the aim of shedding light on a path forward with respect to theory, research and practice. The issue hosts fourteen articles divided into four themes that address digital literacies in varying ways. The four themes are a defining digital literacies, b socio-cultural theories of digital literacies, c digital literacies in practice, and d digital skills and efficacy. The articles make a strong case for the continued exploration of the significance and redefinition of digital literacies within our global communicative landscape. The authors have inspired new dialogue, research directions, innovative practices, and policy on digital literacies. As digital technologies continue to evolve so too will intellectual frameworks—generating nuance and scope for and by researchers as well as children and adolescents are growing up exposed to both traditional and modern technology. While it is known that the increase in the use of traditional technology, such as television and its content, have negative effects on children’s development and health, studies have shown such modern technologies as smartphones, tablets, and computers that have been developed and become increasingly widespread over the past decade to be beneficial and to constitute health risks for children. It seems that children’s inappropriate use of such technological devices in terms of content, duration, frequency, and the posture they adopt while using them pose a variety of health risks, including developmental problems, musculoskeletal problems, physical inactivity, obesity, and inadequate sleep quality. This study reviews the literature on the clinical problems that digital technology use has on children. In order for children and adolescents to adopt a healthy life style, it is important to monitor the time, frequency, and content viewed while using technological devices and to ensure that children have or develop adequate physical activity opportunities, healthy eating habits, proper sleep cycles, and nurturing social environment. Deborah NicholsJessica Taylor PiotrowskiEducational media serve as informal educators within the home by supplementing young children's development. Substantial evidence documents the contributions of educational television to preschoolers' acquisition of a variety of skills; however, television's natural capacity as storyteller and the role it plays in preschoolers' early literacy development has been largely overlooked. This study examined the effects of viewing different TV program types on 311 at-risk preschoolers' story knowledge and narrative skills. Children were assigned to one of 4 viewing conditions watching up to 40 episodes of a particular program type no viewing; expository; embedded narrative; or traditional narrative. Story knowledge scores were higher for those viewing either narrative type. In contrast, viewing specific narrative types differentially affected the component skills of narrative competence. Story retelling and identification of explicit story events were higher after repeat viewing of embedded narratives while generating implicit story content was higher after repeat viewing of traditional aims of this study were 1 to examine the prevalence of symptoms of problematic cellular phone use CPU; 2 to examine the associations between the symptoms of problematic CPU, functional impairment caused by CPU and the characteristics of CPU; 3 to establish the optimal cut-off point of the number of symptoms for functional impairment caused by CPU; and 4 to examine the association between problematic CPU and depression in adolescents. A total of 10,191 adolescent students in Southern Taiwan were recruited into this study. Participants' self-reported symptoms of problematic CPU and functional impairments caused by CPU were collected. The associations of symptoms of problematic CPU with functional impairments and with the characteristics of CPU were examined. The cut-off point of the number of symptoms for functional impairment was also determined. The association between problematic CPU and depression was examined by logistic regression analysis. The results indicated that the symptoms of problematic CPU were prevalent in adolescents. The adolescents who had any one of the symptoms of problematic CPU were more likely to report at least one dimension of functional impairment caused by CPU, called more on cellular phones, sent more text messages, or spent more time and higher fees on CPU. Having four or more symptoms of problematic CPU had the highest potential to differentiate between the adolescents with and without functional impairment caused by CPU. Adolescents who had significant depression were more likely to have four or more symptoms of problematic CPU. The results of this study may provide a basis for detecting symptoms of problematic CPU in Persatuan Guru Republik Indonesia PGRI Dalam Peningkatan Mutu Guru Di IndonesiaW BenjaminBenjamin, W. 2019. Kiprah Persatuan Guru Republik Indonesia PGRI Dalam Peningkatan Mutu Guru Di Indonesia. [UIN Syarif Hidayatullah Jakarta].Jumlah Guru Layak Mengajar di Indonesia Naik 9Cindy MutiaCindy Mutia Annur. 2021. Jumlah Guru Layak Mengajar di Indonesia Naik 9,60% pada Tahun Ajaran 2020/2021. Databoks. Profesi Keguruan Pada Era Revolusi Industri 4Fatkhul MubinFatkhul Mubin. 2020. Tantangan Profesi Keguruan Pada Era Revolusi Industri İnternet Ve Video Oyunlari Arasinda ÇocuklarY IscibasiIscibasi, Y. 2011. Bilgisayar, İnternet Ve Video Oyunlari Arasinda Çocuklar. Selçuk İletişim, 71, Dan Harapan Pembelajaran Jarak Jauh Di Masa Pandemi Covid 19A KahfiKahfi, A. 2020. Tantangan Dan Harapan Pembelajaran Jarak Jauh Di Masa Pandemi Covid 19. Dirasah, 032, Kominfo dan UNICEF Mengenai Perilaku Anak dan Remaja Dalam Menggunakan InternetKementrian KominfoKementrian Kominfo. 2014. Riset Kominfo dan UNICEF Mengenai Perilaku Anak dan Remaja Dalam Menggunakan Internet. Siaran Pers to Teach Using ICT in the Secondary School A Companion to School Experience A companion to school experience. Learing to Teach Using ICT in the Secondary School A Companion to School ExperienceM LeaskN PachlerLeask, M., & Pachler, N. 2013. Learing to Teach Using ICT in the Secondary School A Companion to School Experience A companion to school experience. Learing to Teach Using ICT in the Secondary School A Companion to School Experience, January 2014, 1-260. Jarak Jauh Era Covid-19Siagian MulyanaN BasidA SaimrohR SovitrianaN HabibahJ SaepudinM A MaimunahMuaripinC N OktavianMulyana, Siagian, N., Basid, A., Saimroh, Sovitriana, R., Habibah, N., Saepudin, J., Maimunah, M. A., Muaripin, & Oktavian, C. N. 2020. Pembelajaran Jarak Jauh Era Covid-19. In Litbangdiklat Press. Hukum Bagi Anak Akibat Konten Kekerasan Yang Terdapat Dalam Situs YoutubeNabillaNabilla. 2016. Perlindungan Hukum Bagi Anak Akibat Konten Kekerasan Yang Terdapat Dalam Situs Youtube. LEX JOURNAL Kajian Hukum & Keadilan, 41, Bahan Ajar Digital Dan Aplikasinya Dalam Model Siklus Pembelajaran 5E Learning Cycle 5E Terhadap Aktifitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII DI SMP Negeri 10 Probolinggo Tahun PelajaranI RatiyaniW SubchanS HariyadiRatiyani, I., Subchan, W., & Hariyadi, S. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Digital Dan Aplikasinya Dalam Model Siklus Pembelajaran 5E Learning Cycle 5E Terhadap Aktifitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII DI SMP Negeri 10 Probolinggo Tahun Pelajaran 2012/2013. Pancaran, 31, dan Strategi Guru di Era Revolusi Industri dalam Meningkatkan Kualitas PendidikanD RetnaningsihRetnaningsih, D. 2019. Tantangan dan Strategi Guru di Era Revolusi Industri dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan. Prosiding Seminar Nasional Kebijakan Dan Pengembangan Pendidikan Di Era Revolusi Industri September, Phone Survey Standardization and Examination of Relation with Personality CharacteristicsO M SeviSevi, O. M. 2014. Mobile Phone Survey Standardization and Examination of Relation with Personality Characteristics. Bağımlılık Dergisi, 90212, Guru-Guru Penggerak Dalam Pengembangan Bahan Ajar Digital Interaktif Untuk Mengoptimalkan Proses BelajarB H SiregarA MansyurSiregar, B. H., & Mansyur, A. 2021. Pendampingan Guru-Guru Penggerak Dalam Pengembangan Bahan Ajar Digital Interaktif Untuk Mengoptimalkan Proses Belajar. Seminar Nasional Pengapdian Kepada Masyarakat, September, up in a digital world benefits and risks. The Lancet Child and Adolescent HealthThe Lancet Child & Adolescent Health. 2018. Growing up in a digital world benefits and risks. The Lancet Child and Adolescent Health, 22, 90. disintegrasi bangsa melalui pemanfaatan media sosialYanuardi LonggoYanuardi Longgo. 2017. Ancaman disintegrasi bangsa melalui pemanfaatan media sosial. Jurnal Transformasi Sosial, 11, Kebijakan Organisasi PGRI dalam Mengembangkan Profesionalisme Guru Di Kecamatan Wagir Kabupaten MalangL YuniastutikYuniastutik, L. 2015. Implementasi Kebijakan Organisasi PGRI dalam Mengembangkan Profesionalisme Guru Di Kecamatan Wagir Kabupaten Malang. Jurnal Pendidikan, 11, 30.
Tantanganutama guru pada masa kini tidak lebih pada mengatasi dampak teknologi dan globalisasi yang sangat pesat. Dampak dari perkembangan teknologi tidak hanya berimbas pada ilmu pengetahuan saja, namun lebih jauh teknologi juga memengaruhi sosial budaya seseorang. Menjadi guru yang ideal di era digital seperti sekarang tentu tidak mudah

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Menghadapi Tantangan Pendidikan di Era Digital Merangkul Inovasi untuk Masa Depan yang Lebih BaikPendidikan merupakan fondasi penting dalam membangun masyarakat yang berkembang dan berdaya saing. Namun, di era digital yang terus berkembang pesat ini, kita dihadapkan pada berbagai tantangan yang mempengaruhi sistem pendidikan kita. Dalam menghadapi realitas ini, kita perlu merangkul inovasi dan memperkuat pendekatan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan. Salah satu tantangan utama pendidikan saat ini adalah kesenjangan digital. Meskipun teknologi telah menghadirkan peluang baru dalam pembelajaran, masih ada akses terbatas terhadap perangkat dan konektivitas internet, terutama di daerah pedesaan atau daerah terpencil. Untuk mengatasi ini, diperlukan kerjasama antara pemerintah, sekolah, dan sektor swasta dalam memastikan akses teknologi yang merata bagi semua siswa. Program pemerintah yang berfokus pada penyediaan infrastruktur teknologi yang terjangkau dan pelatihan bagi guru tentang penggunaan teknologi dapat menjadi langkah awal yang signifikan. Selain itu, perlu ada perubahan paradigma dalam kurikulum pendidikan. Dunia telah berubah secara dramatis, dengan munculnya teknologi baru, perkembangan ekonomi, dan tantangan global yang semakin kompleks. Kurikulum yang hanya didasarkan pada pengetahuan akademik tradisional tidak lagi memadai. Perlu ada penekanan yang lebih besar pada keterampilan abad ke-21, seperti pemecahan masalah, kreativitas, komunikasi, kolaborasi, dan pemikiran kritis. Guru juga perlu didukung dengan program pengembangan profesional yang mempersiapkan mereka untuk mengajar dan memfasilitasi pembelajaran yang itu, sistem evaluasi dan pengukuran dalam pendidikan juga perlu direformasi. Saat ini, pendidikan sering kali diukur hanya berdasarkan hasil tes standar, yang dapat menciptakan tekanan yang tidak sehat pada siswa dan mengabaikan berbagai aspek penting lainnya, seperti kecerdasan emosional, keterampilan sosial, dan kreativitas. Diperlukan pendekatan yang lebih holistik dalam mengevaluasi kemajuan siswa, yang mencakup penilaian formatif yang berkelanjutan dan penghargaan terhadap berbagai jenis tantangan ini, pendidikan juga harus mempersiapkan siswa untuk menghadapi perubahan yang cepat di dunia kerja. Keahlian yang diperlukan untuk sukses di tempat kerja saat ini dan di masa depan terus berkembang. Oleh karena itu, pendidikan harus mendorong siswa untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat, dengan fokus pada keterampilan yang dapat diadaptasi dan mempromosikan keinginan untuk terus menghadapi tantangan pendidikan di era digital ini, kita perlu merangkul inovasi dan berani melakukan perubahan yang diperlukan. Pendekatan yang kolaboratif antara pemerintah, sekolah, guru, dan sektor swasta akan memainkan peran penting dalam menghadapi tantangan ini. Pendidikan harus menjadi prioritas utama kita, dan kita harus berinvestasi dalam masa depan anak-anak kita dengan menyediakan pendidikan yang berkualitas, relevan, dan inklusif. Dengan cara ini, kita akan mempersiapkan generasi mendatang untuk menghadapi dunia yang kompleks dan memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat global. Lihat Pendidikan Selengkapnya

W2V7.
  • skh7gv0hiu.pages.dev/664
  • skh7gv0hiu.pages.dev/531
  • skh7gv0hiu.pages.dev/342
  • skh7gv0hiu.pages.dev/497
  • skh7gv0hiu.pages.dev/826
  • skh7gv0hiu.pages.dev/562
  • skh7gv0hiu.pages.dev/551
  • skh7gv0hiu.pages.dev/608
  • tantangan guru di era digital